Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Foto rudal SRBM Korea Utara pada Senin (17/1). Foto: KCNA.
Foto rudal SRBM Korea Utara pada Senin (17/1). Foto: KCNA.

Kembali Sukses Luncurkan Rudal Taktis, Korea Utara Sesumbar Perkembangan Persenjataannya



Berita Baru, Pyongyang – Setelah kembali sukses luncurkan rudal taktis pada Senin (17/1), Korea Utara sesumbar perkembangan persenjataannya, terutama dalam senjata hipersonik yang mampu meluncur dengan kecepatan tinggi.

Kantor Berita negara Korea Utara, KCNA pada Selasa (18/1) mengumumkan bahwa pihaknya kembali meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek (SRBM) dari bandara ibukota Pyongyang.

KCNA juga mengatakan bahwa rudal tersebut berhasil terbang sekitar 380 km (236 mil) hingga ketinggian maksimum 42 km (26 mil).

Peluncuran itu dilakukan oleh Akademi Ilmu Pertahanan Korea Utara, Komisi Ekonomi Kedua dan lembaga lain yang terkait, yang dilakukan dari sebelah barat Korea Utara dengan sasaran pulau di sebelah timur Korea Utara.

KCNA tidak menjelaskan secara spesifik target pulau tersebut, namun mengatakan peluncuran itu “mengenai sasaran pulau di Laut Timur Korea”.

Uji coba rudal tersebut adalah yang keempat di Korea Utara pada tahun 2022.

Era Baru Hipersonik

Dua pelucuran sebelumnya, Korea Utara meluncurkan “rudal hipersonik”. Lalu peluncuran selanjutnya yang dilakukan pada Jumat (14/1) kemarin, dilakukan dengan meluncurkan sepasang SRBM yang ditembakkan dari gerbong kereta.

“Uji coba itu bertujuan untuk secara selektif mengevaluasi peluru kendali taktis yang diproduksi dan dikerahkan dan untuk memverifikasi keakuratan sistem senjata,” kata KCNA.

Uji coba itu “mengkonfirmasi keakuratan, keamanan, dan efisiensi pengoperasian sistem senjata yang sedang diproduksi,” imbuh KCNA.

Terkait jenis rudal yang diluncurkan tersebut, mantan perwira Angkatan Laut Korea Selatan yang mengajar di Universitas Kyungnam Seoul, Kim Dong-yup mengatakan tampaknya rudal tersebut adalah KN-24 SRBM.

“Korut tampaknya telah mengerahkan dan memulai produksi massal KN-24,” kata Kim Dong-yup, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Rudal tersebut yang terakhir diuji pada Maret 2020 dan terbang sejauh 410 km (255 mil) ke ketinggian maksimum 50 km (31 mil).

KN-24 menyerupai Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat MGM-140 AS (ATACMS) dan dirancang untuk menghindari pertahanan rudal dan melakukan serangan presisi, katanya.

“Tapi pada dasarnya, tes itu bisa menjadi unjuk kekuatan lain untuk menggarisbawahi peringatan tindakan mereka baru-baru ini,” imbuh Kim Dong-yup.

Serangkaian peluncuran rudal terebut menunjukkan bagaimana Korea Utara sesumbar era baru persenjataannya, terutama dalam bidang hipersonik.

Korea Utara diketahui mempunyai rudal balistik jarak menengah (IRBM), yaitu Hwasong-12, yang mana rudal tersebut pernah diluncurkan pada tahun 2017. Tapi Hwasong-12 sampai sekarang belum diluncurkan kembali.

Selain itu, Korea Utara juga diketahui mempunyai rudal balistik antarbenua (ICBM) atau rudal jarak jauh yang sampai bisa menjangkau benua Amerika. Korea Utara juga dikabarkan mempunyai persenjataan nuklir.

Tapi sejak tahun 2020, Korea Utara sering melakukan berbagai uji coba rudal SRMB.

Sebagai tanggapan, Amerika Serikat (AS) mengecam serangkaian peluncuran rudal tersebut dan mendorong agar PBB memberikan sanksi kepada Korea Utara.

Perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara, Sung Kim mendesak Pyongyang untuk agar “menghentikan kegiatannya yang melanggar hukum dan mengganggu stabilitas”.

Sung Kim juga mengatakan pihaknya ingin membuka kembali dialog yang terhenti sejak tahun 2019 antara Kim Jong Un dan mantan Presiden Donald Trump.

Sementara itu, Kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan pada hari Selasa (18/1) bahwa mereka menganggap semua peluncuran rudal Korea Utara sebagai “ancaman langsung dan serius”.

Kemudian, Juru bicara PBB Stephane Dujarric juga menyebut serangkaian peluncuran yang dilakukan Korea Utara “semakin mengkhawatirkan”.

Dujarric kemudian menyerukan semua pihak untuk kembali ke pembicaraan untuk meredakan ketegangan dan mempromosikan “denuklirisasi Semenanjung Korea yang sangat dapat diverifikasi.”