Kasus Infeksi Israel Melonjak, Pengunjuk Rasa Tak Henti Menuntut Netanyahu Mundur
Berita Baru, Internasional – Pada Sabtu (5/9) malam hingga Minggu dini hari waktu setempat, ribuan orang Israel melakukan protes di luar kediaman resmi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Selama berbulan-bulan, mereka terus berkampanye menuntut agar pemimpin Israel itu mengundurkan diri.
Protes di Israel itu kini telah minggu ke-11. Protes itu terjadi ketika Israel sedang berusaha menurunkan rekor jumlah infeksi virus korona di Israel.
Para pengunjuk rasa juga memprotes penanganan Netanyahu dalam mengatasi krisis virus korona yang telah menyebabkan melonjaknya pengangguran. Selain itu mereka juga mengatakan dia harus mundur saat diadili atas tuduhan korupsi.
Saat melakukan protes, para pengunjuk rasa mengusung spanduk bertuliskan “Revolusi” dan “Keluar dari sini” serta memegang bendera biru-putih Israel.
Selain itu, ada juga tulisan yang ditujukan kepada perdana menteri yang ditunjukkan dengan memproyeksikan tulisan itu ke sebuah gedung. Tulisan itu ditulisa dalam bahasa Ibrani, yang secara harfiah berarti: Cukup denganmu!
Kerumunan yang lebih kecil berkumpul di jembatan dan di persimpangan di seluruh negeri, juga menyerukan agar Netanyahu mundur.
Pemerintah Israel bergerak cepat untuk menanggulangi virus korona, namun tetap gagal membuka kembali ekonomi, malahan sekarang Israel menghadapi wabah yang lebih kuat.
Menurut Aljazeera, jumlah korban tewas telah melampaui 1.000 orang, dan pemerintah sedang mempertimbangkan lockdown baru untuk menghentikan lonjakan cepat infeksi harian. Israel saat ini memiliki lebih dari 26.000 kasus COVID-19 aktif.
Meskipun demonstrasi sebagian besar berlangsung damai dalam beberapa pekan terakhir, namun di beberapa titik terjadi bentrok antara pengunjuk rasa dengan polisi.
Sedikitnya 13 penangkapan dilakukan, termasuk seorang pria yang menurut polisi ‘berpakaian seperti wanita dengan cara yang provokatif.’
Polisi juga mengatakan dua petugas terluka ringan ketika pengunjuk rasa memaksa untuk membobol blokade polisi.
Netanyahu menyebut para pengunjuk rasa sebagai golongan ‘kiri’ dan ‘anarkis’ saat ia melakukan kampanye di luar negeri. Sebutan itu tidak membuat para pengunjuk rasa jera.
Pada hari Jumat (4/9), Serbia dan Kosovo memberi Israel dorongan diplomatik. Serbia mengumumkan akan memindahkan kedutaannya ke Yerusalem sementara Kosovo mengatakan akan menjalin hubungan dengan Israel dengan kedutaan besar di Yerusalem.
Pengumuman Serbia dan Kosovo itu menjadikan dua negara itu sebagai negara ketiga dan keempat yang memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem, suatu wilayah yang diperebutkan.
Sebelumnya, bulan lalu, pengumuman itu didahului oleh kesepakatan bersejarah ‘normalisasi’ hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab.
Netanyahu telah berjanji untuk tetap menjabat meskipun tahun lalu ia dituduh dengan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam tiga investigasi korupsi yang sudah berjalan lama.
Dia membantah tuduhan tersebut. Malahan, ia menyebut mereka yang menuduhnya sebagai ‘pemburu penyihir’, dan mengecam pihak pengadilan, penegakan hukum dan media.