Inggris akan Terapkan Bea Cukai ‘Ringan’ terhadap Uni Eropa Tahun Depan
Berita Baru, Interasional – Sebagai dampak dari pandemi COVID-19, pemerintah Inggris berencana meringankan janjinya dalam memberlakukan pemeriksaan perbatasan secara penuh pada impor dengan Uni Eropa (UE).
Dengan demikian, pemerintah Inggris akan memberlakukan bea cukai ‘ringan’ di perbatasannya dengan UE tahun depan atau pasca-Brexit, bukan bea cukai penuh, seperti dilansir dari Financial Times.
Keputusan ini mengesampingkan perpanjangan masa transisi Brexit setelah akhir tahun.
Langkah ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada perusahaan-perusahaan dan bisnis di Inggris dalam mengatasi dampak pandemi COVID-19.
“Kami menyadari dampak pandemi COVID-19 terhadap bisnis di Inggris,” ujar sumber pemerintah anonim yang mengkonfirmasi kabar tersebut.
“Kami akan mengambil pendekatan pragmatis dan fleksibel untuk membantu bisnis menyesuaikan diri dengan perubahan dan peluang di luar pasar tunggal dan serikat pabean,” imbuh sumber pemerintah, Jumat (12/6).
Namun, para pejabat mengakui bahwa ekspor Inggris ke UE kemungkinan akan menghadapi cek penuh ketika mereka memasuki Prancis.
Dilansir dari Sputnik, pada hari Jumat (12/6), Menteri Kantor Kabinet Michael Gove bertemu dengan Wakil Presiden Komisi Eropa Maros Sefcovic diperkirakan mengkonfirmasi kabar ini di kemudian hari,
Sikap yang lebih ‘lembut’ pada pemeriksaan perbatasan ini berarti Inggris berpaling 180 derajat dari rencana Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebelumnya.
Pada awal Februari, pemerintah Inggris mengkonfirmasi akan memberlakukan kontrol impor secara penuh pada barang UE di perbatasan setelah periode transisi berakhir, yang berarti mulai 1 Januari 2021.
Jika kabar ini benar, ini berarti bahwa impor UE yang masuk ke Inggris akan diperlakukan dengan cara yang sama dengan barang dari seluruh dunia. Misalnya, eksportir UE juga akan dipaksa untuk mengajukan deklarasi bea cukai dan meminta barang-barang mereka melalui pemeriksaan kesehatan hewan dan pos pemeriksaan perbatasan.
Dan ini juga berarti akan ada kemungkinan penundaan pengiriman. Lalu, adanya penundaan pengiriman, kemungkinan memengaruhi biaya-biaya untuk bisnis di Inggris yang mana Inggris mengandalkan pengiriman tepat waktu. Selain itu, penundaan pengiriman juga akan menyebabkan adanya kemungkinan masalah pasokan makanan segar.
Inggris mengumumkan pada dunia keluar dari blok UE pada 31 Januari. Namun Inggris masih tetap berpegang pada beberapa aturan dari UE sampai akhir periode transisi, termasuk serikat pabean.
Hingga saat ini, Inggris dan UE sudah beberapa kali melakukan diskusi dan pembicaraan yang membahas beragam negosiasi. Negosiasi pada kesepakatan perdagangan pasca-Brexit sejauh ini hanya menghasilkan sedikit kemajuan.
Muncul kekhawatiran dari para ekonom bahwa skenario tanpa kesepakatan dapat secara signifikan merusak perekonomian nasional. Namun, Perdana Menteri Boris Johnson sendiri sudah berulang kali menolak untuk meminta perpanjangan masa transisi.
Rencananya, pada hari Senin (15/6) Perdana Menteri akan mengadakan KTT virtual dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen untuk mencoba dan memecahkan kebuntuan dalam negosiasi.
Kedua pihak telah sepakat untuk membuat “jadwal intensif” dalam melakukan pembicaraan, di mana negosiasi akan berlangsung setiap minggu antara 29 Juni dan 27 Juli.