Ingatan di Puhsarang | Puisi Aditya Ardi N
Ingatan di Puhsarang
(Puisi, Aditya Ardi N)
Nyekar
di pekuburan orang ramai berdesakan
menjumpai orang-orang mati
dengan rapal doa dan bunga aneka rupa
di pekuburan orang hidup dan orang mati reuni
saling sapa dan bertukar kabar, begitu khusyuk tanpa kelakar
di pekuburan kehidupan dan kematian digumamkan
dalam waktu bersamaan sebagai kewajaran
: sebab kehidupan berkarib dengan kematian
Jombang, 15 januari 2019
Guru Kardi
menjadi guru di jaman orde lama, orde baru
hingga orde paling baru, itu sama saja bagimu
kemelaratan tetap saja berkarib denganmu
sementara murid-muridmu kau ajarkan bagaimana
mengeja huruf-huruf menjadi kata
menjumlah dan mengurangi genap-ganjilnya hidup ini
kau tanamkan di lubuk sanubari budi baik dan pekerti
guru kardi, betapa tidak kau terasing sendiri
menjadi guru swasta tanpa jaminan apa-apa
hanya lapar dahaga yang kerap jangkiti keluarga
di tangan pemegang kebijakan nasibmu dipermainkan
tapi tugas berat tetap kau laksanakan tanpa tuntutan
meski gaji kecil tanpa tunjangan yang kau dapatkan
sudahlah guru kardi, usah disesal usah pula diratapi
didiklah mereka menjadi manusia yang sadar martabat kemanusiaanya
menjadi manusia berjiwa ksatria dan bisa mengangkat derajat bangsanya
orang baik sepertimu memanglah langka di negeri ini!
Jombang, 15 januari 2019
Pasir Putih
kukecup bibir pantaimu
debur ombak melabrak galak
jiwaku terseret arus ketaksadaran awan biru
desir pasir, desau angin
denyar pikir, lambaian ingin
sekali lagi merengkuhmu dalam gelegak waktu
tinggalkan jejak biru
luka dan kelu
Jombang, 15 januari 2019
Arung
gelombang pasang waktu
menera batas keterasinganku
untuk bersetia mengeja senyum keramatmu
seperti karang bersikeras mencintai debur ombak
yang setia menera luka sekujur sukma
Jombang, 15 januari 2019
Ingatan di Puhsarang
jiwaku kerdip lilin dikesiur angin
menapaki jalan bercecabang rindu
siang fatamorgana dalam ziarahku
nyalakan lagi kemenyan
selain wewangian padat
aku akan berdoa bersama harumnya
hangat merambati kulitku
cahaya meliputi tubuhku
bila engkau hanya sejauh doa
maka tak perlu lagi aku mencari
di seluruh sel yang menyusun tubuhku
tiap detiknya kau kujumpai
jiwaku kerdip lilin dikesiur angin
di padang-padang tandus
aku pejalan yang haus
beri aku es, beri aku es
tapi hanya api, hanya api
membakari sekujur sanubari
Aditya Ardi N Penyair, lahir di Ngoro – Jombang, Jawa Timur 7 Januari 1987. Puisinya tersebar di beberapa Penerbitan bersama: Sebelum Surga Terbakar (2008), Antologi Penyair 5 Kota (2010), Puisi Sumpah Pemuda (2014),Negeri Abal-Abal (2015), Membaca Kartini (2016). KARTOGRAF: Antologi Puisi Penyair Jatim (2017). Situ, Kota, dan Paradoks (2017) Buku Puisi tunggalnya Mobilisasi Warung Kopi (2011), Mazmur dari Timur (2016) . Beberapa karya puisi dan esai dimuat di media online/cetak lokal maupun nasional serta beberapa jurnal kebudayaan. Memenangkan Green Literary Award (Jakarta, 2015) kini tinggal dan berkarya di Jl. Musi no 137, RT 02/RW 02, Dusun Gresikan, Desa Ngoro, Kec Ngoro, Kab Jombang, Jawa Timur kodepos: 61473. IG: @aditya_ardi_n