Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Industri Dalam Negeri Alami Kelangkaan Bahan Baku, Berpotensi Picu PHK

Industri Dalam Negeri Alami Kelangkaan Bahan Baku, Berpotensi Picu PHK



Berita Baru, Jakarta – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) melaporkan bahwa industri dalam negeri saat ini menghadapi kelangkaan bahan baku impor, yang kemudian berdampak pada penurunan hasil produksi. Menurut Wakil Ketua Umum Apindo, Sanny Iskandar, kelangkaan tersebut telah menyebabkan penurunan hasil produksi.

Data dari S&P Global mencatat bahwa Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia turun ke 51,5 pada Oktober 2023. Angka ini mengalami perlambatan sebesar 0,8 poin dibandingkan dengan angka 52,3 yang tercatat pada September 2023.

Laju PMI manufaktur ini mencapai level terendahnya sejak Mei 2023, yakni selama lima bulan terakhir.

Sanny menjelaskan, “Kelangkaan tersedianya bahan baku/penolong (khususnya yang masih harus diimpor) bagi para industri manufaktur, mengakibatkan menurunnya jumlah hasil produksi.”

Kelangkaan ini, menurut Sanny, juga dipengaruhi oleh pelaku industri yang masih menunggu pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian.

Sanny juga mengingatkan bahwa jika penurunan produksi industri terus berlanjut, kemungkinan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi tidak terhindarkan.

Dengan kata lain, penurunan angka PMI manufaktur juga menjadi sinyal bahwa gelombang PHK mungkin segera terjadi.

S&P Global mencatat bahwa penurunan PMI manufaktur Indonesia terutama disebabkan oleh pertumbuhan penjualan yang lebih lambat pada bulan Oktober. Selain itu, permintaan dari luar negeri juga mengalami penurunan.

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan, mengatakan bahwa perlambatan ini masih memiliki potensi untuk berlanjut. “Tingkat kepercayaan bisnis di kalangan produsen juga merosot jauh di bawah rata-rata, yang menandakan berkurangnya optimisme terhadap produksi selama 12 bulan ke depan,” katanya.

Sama seperti Sanny, Pan juga memproyeksikan bahwa perlambatan produksi berpotensi mengakibatkan PHK atau setidaknya membatasi lapangan kerja. “Sebagai akibat dari pertumbuhan penjualan yang lebih lambat, perusahaan-perusahaan sedikit menurunkan tingkat lapangan kerja mereka,” ucapnya.