Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Frozen

Frozen II, Pergulatan Queen Elsa dan Sejarah Kerajaan Arendelle



Berita Baru, Resensi Film – Sekuel kedua dari film animasi garapan Disney, Frozen II akhirnya tayang di Indonesia pada 20 November 2019 lalu. Besarnya Animo masyarakat, membuat beberapa bioskop menambah jam tayang untuk film yang dirilis 6 tahun lalu itu.  Mereka berharap fantasi yang disajikan oleh film ke 58 Walt Disney ini, mampu memikat penggemarnya.

Sebagaimana Frozen pertama (Frozen 2013), yang meraih sukses besar dengan menyabet beberapa penghargaan box office, Frozen II ini pun diharapkan mengikuti jejak kesuksesan sekuel pertamanya. Sebagai penggemar film Disney, saya pun antusias menonton dan membayangkan para penggemar berbondong-bondong mengantre tiket.

Tak sabar, dada saya pun berdegup menanti berbagai kejutan yang disajikan difilm ini. Jika pada serial pertama (Frozen 2013) saya sampai menonton berulang kali, hadirnya film Frozen II ini apakah akan membuat saya datang berulang kali ke bioskop atau malah cukup sekali saja?.

Setelah menemukan jadwal yang cocok, saya akhrinya menonton film ini pada hari minggu, 24 November 2019, pukul 19.00 WIB. Waktu yang tepat untuk menikmati film sembari menyaksikan keriuhan bocah-bocah berdandan ala-ala Queen Elsa atau Princess Anna. Tapi di luar dugaan, ternyata bioskop sepi, hanya penuh di bangku (A-F). Padahal ini hari minggu.

Entah karena jam malam atau karena besok sudah hari senin dan orang tua mempersiapkan anak-anak mereka untuk bersekolah dan atau karena baru 4 hari dari tanggal penayangannya.  Banyak pertanyaan yang menyelimuti saya ketika film akan diputar.

Masuk ke bioskop jam 19.00 WIB, penayangan Frozen 2 ini rupanya berbeda dengan film Disney yang tayang sebelumnya. Jam tayang Iklan sebelum film diputar, kurang lebih berdurasi 30 menit. Bisa dibayangkan, duduk 30 menit hanya untuk menonton iklan yang melelahkan–untuk tidak mengatakan bosan.

Baik, mari lupakan iklan dan bayangan-bayangan saya sebelum duduk menyaksikan Frozen II. Mari kita masuk pada tema tulisan ini.

Dari referensi yang saya baca, film besutan sutradara Chris Buck ini sebelumnya memang tidak direncakn untuk dibuat sekuel keduanya. Tapi melihat sukses besar film ini (Box Office) dan seolah ada keinginan untuk menuntaskan cerita yang belum terjawab; kenapa Elsa (Ratu Kerajaan Arendelle) mempunyai kekuatan yang bisa membekukan apa saja yang dia inginkan, maka tercetuslah sekuel film kedua Frozen.

Sebagaimana kita tahu, di sekuel pertama, cerita film menampilkan kekuatan cinta kedua saudari (yatim-piatu), Elsa dan Anna. Kebekuan hati Ana mencair setelah Elsa memeluknya karena takut kehilangan dirinya. Kerajaan Arendelle pun dipimpin oleh Ratu Elsa yang bijaksana dan princes Ana sebagai saudara yang selalu ada disampingnya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Akhir film yang manis dan tentunya bahagia.

Queen Elsa, Kutukan atau Anugerah?

Sekuel Frozen kedua ini ingin mengangkat cerita bagaimana elsa mendapatkan kekuatan tersebut. Pada awal film kita akan melihat betapa makmurnya kerajaan Arendelle, rakyatnya hidup bahagia karena dipimpin oleh Ratu yang bijaksana, tidak memberikan sekat dan jarak kepada rakyat. Pemimpin dan Rakyat hidup damai dan sejahtera.

Namun hal ini berubah ketika Elsa seolah mendapatkan panggilan dari utara (Northulda).

Diketahui, Raja Agnarr (Bapak Elsa dan Anna) dan Queen Iduna (Ibu Elsa dan Ana) meninggal dalam perjalanan ke Laut Utara (Northuldra) untuk mencari penyebab kekuatan sihir/gaib putrinya. Tapi sampai di sana, badai besar menerjang kapal yang ditumpangi Raja dan Ratu, kapal pun pecah yang kemudian menyebabkan keduanya meninggal dalam insiden tersebut.

Pengungkapan kekuatan Elsa dalam Frozen II tersebut, juga diceritakan melalui sejarah kerajaan Arendelle dimasa lalu yang masih misterius.  Entah (kesalahan) apa yang telah dilakukan para pendahulu Elsa, sehingga muncul kekuatan aneh yang dimilikinya. Kekuatan yang dimiliki Elsa bisa jadi Anugerah atau Kutukan.

Penceritaan itu sebagaimana yang ramalkan oleh Troll (makhluk mitologi yang hidup dalam gua disebuah pegunungan, sebenarnya ini lebih dekat ke Drawf/troll mini) mereka (baca: troll). Tapi ia tidak mampu membaca masa depan Arendelle seperti yang sudah biasa mereka lakukan. Sehingga jalan keluar dari masalah yang menimpa Arendelle murni karena kesalahan masa lalu dan harus ada yang menuntaskan.

Sebelum Queen Elsa menemui Troll kerajaan Arendelle mengalami musibah, yakni bencana alam, gempa bumi dan kelangkaan air, sehingga rakyat Arendelle diungsikan ke tebing gunung.

Mengabadikan Sihir

Sebenarnya film berjalan kurang lebih 40 menitan kita sudah bisa menebak alur kisahnya kemana bahkan endingnya sudah bisa terbaca. Karena akhir-akhir ini film Disney mengangkat keterkaitan alam manusia dan sihir, termasuk film sejenis seperti Maleficent.

Ternyata Frozen 2 tidak jauh berbeda, dengan Maleficent. Konfliknya sama, bagaimana alam memberikan keselarasan dan keseimbangan. Kekuatan yang dimiliki Elsa adalah bentuk anugerah yang diberikan oleh Dewa Ra (Matahari) kepada Iduna (Ibu Elsa) karena dengan tanpa pamrih menolong Agnar (Bapak Elsa) dari kesepakatan damai yang dikhinati oleh Raja Runeard (Kakek elsa), sehingga muncullah konflik dari kedua suku tersebut.

Kedengkian atas selarasnya bangsa Northuldra dan sihir yang membuat Raja Runeard gelap mata. Ia membangun jembatan atau bendungan dengan dalih sebagai hadiah atas persekutuan mereka. Namun dibalik itu, bendungan tersebut nyatanya hanya untuk kepentingan kerajaan Arendelle.

Konflik berlanjut sampai dengan perang yang diakibatkan oleh Raja Runeard membunuh Raja Northuldra yang dalam keadaan tidak bersenjata. Fakta selanjutnya Kedua orang tua Elsa ternyata berasal dari bangsa yang berbeda, berbeda alam (alam Sihir dan alam Manusia ; Northuldra & Arendelle)

Pembagian Kekuasaan

Dari latar belakang inilah akhir cerita tersebut bisa ditebak, sepanjang alur cerita tidak banyak kejutan yang diberikan seperti sekuel Frozen pertama (2013). Karena tetap saja Olaf (Manusia Salju) mati kemudian dihidupkan kembali oleh Elsa. Dan Kristoff kemudian juga menikah dengan Anna.

Film ini mengajarkan pentingnya strategi diplomasi untuk menjaga stabilitas keamanan, yakni Anna ketika menikah dengan Kristoff, diamanahkan untuk memimpin Kerajaan Arendelle.

Kemudian Elsa dengan segala bakatnya memimpin Northuldra yang sangat sesuai (kondisi masyarakatnya) dengan kemampuan yang dimilikinya. Sihir es-nya merupakan keadaan alam yang dimiliki oleh Northulda.

Akhir yang manis cukup bagi sebuah penyatuan dunia sihir dan dunia manusia.

Oleh: Siti Faykhiyatul Jannah.
Artikel Asli