Filsafat Spekulasi dan Ekonomi Newtonian
Berita Baru – Ada beberapa faktor pemantik kemunculan ide ekonomi ala Adam Smith. Salah satunya adalah pengaruh filsafat alam, khususnya ilmu astronomi versi Newtonian. Filsafat ini menyatakakan bahwa ekonomi seperti halnya sebuah sistem alam semesta (solar system) yang harus berjalan seimbang dan teratur.
Untuk menerka alam, diperlukan filsafat spekulasi. Peran filsafat spekulasi dalam ekonomi tentunya harus mendapat dukungan filsafat moral, agar ekonomi sebagai sistem mampu menstabilkan sebuah negara sehingga tidak terjadi kekacauan (chaos).
Hubungan antara pelaku ekonomi dengan unsur lainnya diharapkan agar berjalan baik. Sebagaimana sistem tata surya yang sinergis. Lihatlah kembali kejadian di abad ke-17, di mana para tuan tanah dan pedagang Inggris secara dominan telah menguasai parlemen dan membuat kekacauan.
Kejadian di atas adalah kewajaran yang alami dan akan terus berulang di belahan bumi manapun. Ketika para pemodal besar menguasai pasar, maka paham-paham berbau merkantilisme akan selalu ada. Sebuah paham ekonomi-politik yang menyatakan bahwa kekuatan dan kekayaan suatu bangsa terletak dalam pemilikan logam berharga, seperti emas atau cadangan emas negara.
Pemicu inilah yang membuat seluruh bank sentral di seluruh dunia menyimpan cadangan devisa dalam bentuk emas. Cadangan ini merupakan salah satu instrumen yang lumrah dijadikan pelindung nilai (hedging) karena nilainya yang relatif stabil dibanding instrumen berisiko lainnya.
Cadangan emas adalah emas yang dimiliki oleh bank nasional yang digunakan sebagai jaminan untuk menebus deposan, pemegang uang kertas, atau rekan dagang. Dan, juga sebagai pengukur nilai, atau untuk mendukung nilai mata uang nasional. Era nilai emas dekat sekali dengan merkantilisme. Dan ini akan selalu ada di sepanjang masa.
Negara-negara akan berlomba mendapatkannya. Seperti halnya Amerika Serikat sebagai negara yang sebagian besar cadangan devisanya terdiri atas emas. Cadangan devisa AS berupa emas sebanyak 8.133,46 ton atau sekitar 74,9 persen dari cadangan devisa keseluruhan negara Paman Sam tersebut.
Selain itu ada Jerman dengan 3.366,77 ton atau 70,6 persen dari total cadangan devisanya. Kemudian Italia dengan 2.451 ton atau 66,9 persen dari total cadangan devisanya. Serta Prancis yang memiliki 2.436 ton emas atau 61,1 persen dari cadangan devisanya.
Apa yang terjadi di Inggris saat itu merupakan siasat kaum merkantilis ketika melarang logam mulia (emas) tersebut masuk ke dalam Inggris (impor). Namun, boleh ekspor (menjualnya) ke luar Inggris agar terjadi kelebihan pendapatan (surplus). Keadaan ini tak jauh dengan masa sekarang. Sekali lagi, merkantilisme akan tetap subur ketika perekonomian masih berbasis hal tersebut di atas.
Efek negatif seperti surplus perdagangan, dan pendapatan surplus akan selalu dipakai menumpuk logam mulia. Rakyat tercekik karena upah rendah dan tidak bisa membeli harga barang yang tinggi. Kaum merkantilis akan selalu ingin melakukan monopoli. Sesuatu yang tidak disetujui oleh ekonomi Newtonian dan prinsip-prinsip dasar filsafat moral.
Ketika Adam Smith meninggal tahun 1790, dan untuk mengenalnya, maka kelompok ilmuwan bergengsi yang tergabung dalam Royal Society mengadakan pertemuan ilmiah di Skotlandia. Dalam pertemuan tersebut menulislah si Dugal Steward, mahaguru filsafat moral dari Universitas Edinburgh: “Dalam ketiadaan bukti langsung (tentang kinerja masyarakat), kita terdesak menggantikannya dengan dugaan”.
Dasar-dasar filsafat spekulasi inilah yang akan menjadi salah satu pengendali ekonomi dunia. Jika digabungkan dengan filsafat moral, maka lengkaplah sudah untuk membentuk ekonomi Newtonian yang bervisi alam semesta tersebut.
Filsafat spekulasi akan selalu ada di sepanjang zaman. Ia akan selalu berhubungan dengan bukti dan dugaan yang kemudian berkembang menjadi sebuah “gagasan”. Fenomena ini seperti yang dikatakan James Buchan tentang Eropa Barat: “Pada abad ke-18, Eropa Barat mempunyai lebih banyak gagasan ketimbang fakta, sedang abad ke-21, lebih banyak mempunyai fakta ketimbang gagasan”.
Filsafat spekulasi berbasis pada alasan bahwa tindakan manusia sering menghasilkan dampak yang tidak diduga atau disengaja oleh pelakunya. Dan, juga alasan bahwa dari seluruh dampak yang terjadi tanpa disengaja dan terbentuk sistem yang logis dan hasil rancangan dari seseorang.
Oleh karena itu, pada abad ke-18 banyak filsuf bertaburan gagasan besar yang spekulatif. Mereka rata-rata berkecimpung dalam ilmu sains dan ilmu sosial yang tergabung pada Royal Society, sebuah perkumpulan filsuf dan ilmuwan yang berpusat di London, Inggris.
Dan, tentunya Adam Smith merupakan filsuf sekaligus ilmuwan sosial yang membangun tentang “gagasan” besar berdasarkan sebuah dugaan. Sebagaimana tersebut di atas bahwa akar intelektual tersebut kini muncul apa yang disebut dengan “ekonomi”.
Menurut KBBI, kata “spekulasi” mempunyai arti: pendapat atau dugaan yang tidak berdasarkan kenyataan; tindakan yang bersifat untung-untungan; (perihal) membeli atau menjual sesuatu yang mungkin mendatangkan untung besar.
Filsafat spekulasi akan meredam sejumlah konsep-konsep ekonomi dogmatis. Sesuatu yang bersifat otoritatif seperti merkantilisme yang berkembang di Inggris saat itu. Atau, bisa jadi masih bercokol hingga sekarang dan tersebar di seluruh sendi perekonomian dunia.
Filsafat spekulasi dan filsafat moral juga berusaha meredam adanya pihak-pihak tak kasat mata (invisible hand) yang dalam sistem ekonomi pasar. Mereka adalah orang-orang mengeluarkan modal untuk industri dalam negeri bukan karena solidaritas dan peduli pada orang lain namun untuk mengejar kepentingannya sendiri.
Ekonomi dogmatis lainya seperti perlindungan (proteksi) menimbulkan hak tunggal perdagangan suatu barang yang bertujuan mengendalikan harga semau sendiri (monopoli). Dan, tentunya monopoli adalah musuh perdagangan bebas karena menghambat perluasan pasar dan menghalangi pertumbuhan ekonomi yang pesat. Ini jelas bertentangan dengan ekonomi Newtonian yang berwawasan global tersebut.
“Saya belum pernah melihat manfaat yang dilahirkan oleh orang-orang yang berdagang bagi kebaikan umum,”-Adam Smith
Filsafat spekulasi dan filsafat moral tergambar jelas dalam “The Theory of Moral Sentiments” yang membahas teori moral dan “The Wealth of Nations” yang berisikan pemikiran Adam Smith tentang ekonomi. Adam Smith pun diidentikkan sebagai pendiri atau mazhab ekonomi klasik yang kemudian diteruskan oleh David Richardo dan Thomas Maltus.
Walaupun manusia dianggap sebagi makhluk ekonomi (homo oeconomicus), di mana ekonomi selalau didekati dengan akal efisien adan rasionalitas efisien serta cenderung tak didekati dari sisi kebaikan hati (moral). Namun, itu bukan berarti manusia harus menindas yang lemah. Aristoteles juga meredam kebengisan homo oeconomicus dengan tulisan Etika Nikomachea yang banyak berbicara tentang pemikiran ekonomi dan etika.
Selanjutnya pembicaraan tentang ekonomi dalam filsafat moral berlanjut di zaman Romawi dengan tokoh utamanya Thomas Aquinas yang meletakkan persoalan ekonomi dalam panduan moral. Masih dalam pangkuan filsafat moral, ekonomi juga dibicarakan dalam kalangan ilmuwan muslim di abad 7 sampai abad 14 Masehi.
Kesimpulannya, merkantilisme akan selalu bertarung dengan kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh filsafat spekulasi dan filsafat moral dalam menapaki kodrat manusia sebagai homo oeconomicus di sepanjang masa, selama emas masih menjadi standar nilai.