Dinilai Membandingkan Perempuan dengan Hewan, Pidato Netanyahu Tuai Kecaman
Berita Baru, Internasional – Menjelang peringatan Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, organisasi layanan sosial Israel melaporkan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang merebak sejak pandemi Covid-19.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan perlunya penghapusan kekerasan terhadap perempuan saat berpidato. Seperti dilansir dari Sputnik News, Netanyahu membuat pernyataan yang seolah-olah membandingkan perempuan dengan hewan.
“Wanita bukan milik Anda, wanita bukanlah hewan yang bisa Anda pukul”, kata Netanyahu dalam pidatonya.
Setelah pernyataannya tersebut, Netanyahu menekankan lagi kalimatnya dengan mengatakan bahwa hewan juga tidak boleh mengalami kekerasan dan berkata: “Dan hari ini kami katakan Anda juga tidak boleh memukul hewan”.
“Kami berhak penuh kasih terhadap hewan, kami benar-benar terhubung dengan ini”, kata Netanyahu. “Jadi, jika kita berbelas kasih terhadap hewan – wanita juga hewan, anak juga hewan. Hewan dengan hak, dan hal ini perlu diwariskan dari dunia dan saya harap kita tidak melihat hal-hal yang mengejutkan ini”, pungkas PM Netanyahu.
Pidato Netanyahu tersebut viral di media sosial dan meyulut api kemarahan dari berbagai pihak. “Kami adalah warga negara, kami adalah manusia … bukan hewan”, kata anggota Knesset Aida Touma-Sliman dalam sebuah posting di Twitter.
Perdana Menteri Netanyahu, yang menyampaikan tentang hak-hak perempuan dan menentang setiap pelanggarannya, hanya memberikan contoh pelecehan di sebagian kecil pidatonya. Dia juga berbicara tentang pelarangan kekerasan terhadap hewan, tetapi sama sekali tidak dimaksudkan untuk membandingkan antara keduanya, rilis dari kantor pemerintahan Israel.
Pidato Netanyahu datang sehari sebelum Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. Israel telah mengalami peningkatan kekerasan dalam rumah tangga tahun ini. Menurut media lokal, 19 wanita telah dibunuh oleh pasangannya sepanjang tahun ini. Masalah tersebut telah memicu protes publik dengan pengunjuk rasa yang mengkritik pemerintah karena gagal menerapkan rencana untuk memerangi kekerasan dalam rumah tangga yang diusulkan pada tahun 2017.