Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Debu Kerap Masuk ke Rumah dan Tempat Ibadah, Warga Kemuteran Gresik Minta Seluruh Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara Dihentikan

Debu Kerap Masuk ke Rumah dan Tempat Ibadah, Warga Kemuteran Gresik Minta Seluruh Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara Dihentikan



Berita Baru, Gresik – Ratusan warga Kelurahan Kemuteran dan Lumpur, Kecamatan Gresik melakukan protes terhadap aktivitas perusahaan bongkar muat batu bara dan log milik PT Gresik Jaya Tama (GJT), Rabu (12/8). Mereka meminta agar aktivitas yang mencemari lingkungan itu dihentikan kembali.

Para pendemo menilai, aktivitas perusahaan yang pernah ditutup warga dan kini buka kembali itu meresahkan. Pasalnya, debu batu bara yang dimuat oleh kendaraan truk kerap masuk rumah dan tempat ibadah.

Bahkan, warga mengklaim jika banyak di antara penduduk mengalami sakit paru-paru.

“Coba cek satu per satu pasti paru-paru masyarakat berwarna hitam,” kata Andre salah satu warga yang protes.

Karena itu, warga dari dua kelurahan meminta agar aktivitas perusahaan bongkar muat batu bara segera dihentikan. Mereka meminta agar aktivitasnya dipindahkan tidak dekat dengan pemukiman.

“Intinya kami ingin operasi bongkar muat batu bara dihentikan dan dipindahkan ke tempat lain,” jelasnya.

“Tidak ada sosialisasi sama sekali ke warga. Sejak dulu kami menolak batu bara beroperasi,” tuturnya.

Perlu diketahui, sebelum terjadinya protes hari ini, sudah ada MoU antara perusahaan warga dan DPRD Gresik.

MoU tersebut berisi kesepakatan operasi bongkar muat batu bara akan dipindah ke JIIPE. Namun kesepakatan itu urung dilaksanakan.
Sementara itu pimpinan PT GJT Edi merespon, aksi protes sangat merugikan pihaknya.

Pasalnya pada aksi protes sebelumnya November 2019 lalu, mengakibatkan operasional harus dihentikan selama kurang lebih 10 bulan.

Dampaknya puluhan karyawan harus di PHK dan omset perusahaan terus mengalami penurunan.
Terkait menanggulangi dampak debu, perusahaan akan memasang jaring yang digunakan untuk menghambat.
Ini dilakukan agar debu tidak masuk ke rumah warga dan rumah ibadah.

“Kami sudah berupaya komunikasi dengan masyarakat sekitar. Namun belum ada titik temu,” pungkasnya.