Dari Korban Banjir, Desa Wisata, Hingga API Award: Kisah Berliku Kampung Damaran Baru dan Kegigihan Perempuan
Berita Baru, Tokoh – 2019 adalah tahun yang sejuk bagi para perempuan di Desa Damaran Baru, Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Pasalnya, di tahun tersebut, perjuangan mereka untuk mendapatkan izin pengelolaan Hutan Desa melalui skema Perhutanan Sosial berbuah.
Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK) yang mereka dirikan mengantongi izin pengelolaan atas hutan seluas 251 hektare dengan Ibu Sumini sebagai nahkoda. LPHK di Damaran Baru ini merupakan LPHK kedua di Indonesia yang dipelopori oleh perempuan dan didukung baik oleh Bupati Bener Meriah dan segenap aparat desa.
Para perempuan harus melewati banyak bebatuan sebelum bisa sampai pada pencapaian tersebut. Banjir bandang yang melanda Kampung Damaran Baru pada 2015 silam yang telah menghanyutkan 11 rumah, merusak kebun-kebun kopi, dan membuat 43 KK mengungsi selamat 2 bulan di tenda adalah titik balik warga, khususnya perempuan, untuk berbenah.
Dari situ, sebagai pihak yang paling terdampak ketika ada bencana, para perempuan mulai menyadari betapa pentingnya menjaga hutan sebagai sumber mata air sekaligus penampung air jika curah hujan tinggi.
Kemudian dengan didampingi oleh Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA), para perempuan di bawah inisiasi Ibu Sumini merencanakan untuk mengajukan proposal pengelolaan Hutan Desa.
Sebelumnya, mereka mencoba melobi para laki-laki dan aparat desa agar berkenan membantu, tapi hasilnya nihil. Bagi para bapak, rencana para perempuan hanya membuang-buang waktu.
Mendapati respons tersebut, para perempuan tentu gemas. Meski demikian, mereka tetap melanjutkan rencana dengan melakukan pemetaan wilayah dan lantas diajukan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Ujungnya, seperti sudah disinggung, ketika aktivisme para perempuan sudah membuahkan hasil, para bapak berikut aparat desa tidak punya pilihan lain selain mendukung dan turut membantu, kendati harus menelan ludah sendiri.
Kontribusi dan kolaborasi
Bisa dibilang kontribusi LPHK Damaran Baru bertahap. Pada masa awal, karena LPHK lahir dari keresahan mereka atas banjir bandang akibat penebangan liar, mereka mendirikan apa itu yang disebut sebagai Ranger Perempuan yang bertugas untuk menjaga hutan dari penebangan liar. Inisiasi ini didukung penuh oleh desa, hingga dibentuk pula aparat kampung dengan tugas utama membantu para Ranger.
Sebagai upaya reboisasi, mereka mengembangkan Kampung Wisata Hutan Desa Damaran Baru dengan bibit pohon sebagai tiket. Para pengunjung boleh masuk ke wahana wisata asalkan membawa satu bibit pohon.
Bibit pohon dari tiket ini bisa menyumbang 150 pohon untuk 2000 pohon yang sudah disiapkan LBHK guna ditanam di Hutan Desa Damaran Baru. Untuk penunjang, aparat desa juga turut membeli bibit pohon yang dijual oleh LBHK dan kemudian diikutkan dalam program reboisasi.
Selain itu, LBHK juga menjalin kolaborasi dengan para pemuda yang sangat sesuai untuk dioptimalkan potensinya sebagai pemandu wisata, membantu para perempuan sebagai pihak yang terlebih dulu berkecimpung di dalamnya.
Hal tersebut mungkin dilakukan sebab Damaran Baru berada di jalur pendakian Gunung Burni Telong. Akibat dari lokasi strategis ini, bahkan LBHK menggandeng warga setempat untuk memberi fasilitas pada para pendaki seperti warung makan, kafe, hingga penginapan, yang jelas ini merupakan sebentuk upaya membuka peluang ekonomi.
Tidak berhenti di sini. Pengelolaan Hutan Desa oleh para perempuan di LBHK menjamah pula bisnis madu yang didukung secara dana oleh Kabupaten Bener Meriah. Walhasil, dari berbagai capaian ini, LBHK berani berbagi 10% dari pendapatan kampung wisata untuk Pendapatan Asli Desa (PAD) dan yang terakhir, Desa Damaran Baru masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia kategori Eco Village.