#BuruhGendongPerempuan di Jogja: Bangkit dengan saling Berbagi
Berita Baru, Yogyakarta – Kesan pertama yang muncul ketika mengetahui tagar #BuruhGendongPerempuan adalah ini berani, keren, lebih-lebih ketika kita tahu jika di samping tagar tersebut ada satu tagar lagi, yakni #RakyatBantuRakyat.
Berdasarkan laporan yang rutin diunggah Sisters in Danger (SiD)—sebagai pihak yang dipercaya untuk melakukan publikasi—melalui akun Twitter resminya (@SistersinDanger), perjuangan mereka membuka dapur umum untuk #BuruhGendongPerempuan di Yogyakarta sudah sampai di tahap ke-6.
Ini artinya, kerja kolaboratif Komunitas Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan (DUBGP) dalam membantu para buruh gendong perempuan di pasar-pasar tradisional di Yogyakarta sudah dilakukan sebanyak lima (5) kali, terhitung sejak Oktober 2020, dan yang ke-6 baru dimulai pada Selasa (1/6) kemarin.
Untuk periode 1-11 Juni 2021 di tahap VI, berdasarkan laporan yang mereka buat, DUBGP berhasil membagikan sejumlah 1.434 kotak makan pada 156 buruh gendong perempuan yang terdampak pandemi di Pasar Beringharjo yogyakarta untuk kebutuhan sarapan dan makan siang.
Sasaran DUBGP adalah para ibu-ibu buruh gendong di pasar-pasar tradisional. Kebanyakan dari mereka sudah berusia lanjut dan berasal dari luar kota, seperti Kulonprogo dan Wonosari, sehingga untuk pulang-pergi dari rumah ke pasar sangat tidak memungkinkan.
Pertama karena kesehatan. Umur 50 ke atas menjadikan siapa pun kehilangan banyak energi untuk melakukan perjalanan jauh secara rutin. Kedua sebab biaya. Untuk perjalanan dari Pasar Beringharjo-Wonosari saja, berdasarkan pengalaman salah satu ibu buruh gendong—seperti diulas oleh SiD di Twitternya—beliau harus mengeluarkan Rp100.000 untuk ongkos.
Sejak pandemi, penghasilan para ibu buruh gendong turun drastis. Mereka hanya bisa meraup Rp15.000 per-hari, sehingga untuk pulang-pergi setiap hari tentu tidak mungkin. Alih-alih dipakai ongkos transportasi, nominal tersebut digunakan untuk kebutuhan makan saja, tidak cukup.
Akibatnya, tidak ada jalan lain bagi para ibu buruh gendong kecuali menginap di emperan tokoh di belakang Pasar Beringharjo sambil menghemat secara ketat bagaimana bisa bertahan hanya dengan Rp15.000 perhari.
Walhasil, sebab potret itulah DUBGP memutuskan untuk bergerak, membuka donasi bagi siapa pun yang ingin membantu, dan mencari relawan dari daerah Yogyakarta sendiri untuk bersama-sama berbagi dengan para ibu buruh gendong.
Strategi DUBGP untuk mengatur segala bantuan yang masuk kiranya bisa dibagi menjadi dua, yakni donatur atau pihak yang menyumbangkan uang dan bahan sembako dan relawan atau pihak yang menyumbangkan tenaganya entah sebagai pengirim kotak makanan, koki, pembungkus nasi, dan semacamnya.
Untuk tahap VI periode 1-11 Juni, DUBGP berhasil bekerja sama dengan 27 relawan perempuan dan 26 laki-laki yang terbagi menjadi 4 tim. Sebanyak Rp14.560.901 sudah dibelanjakan untuk kebutuhan makan siang dan sarapan selama 9 hari, sehingga terhitung sampai Senin (14/6), saldo yang dimiliki tersisa Rp24.260.365.
Keterbukaan anggaran seperti ini tentunya merupakan kunci untuk perjuangan bersama #RakyatBantuRakyat sekaligus kelebihan bagi DUBGP sebagai penyelenggara pekerjaan luhur membantu para #BuruhGendongPerempuan di Yogyakarta.