Bursa Aset Kripto Belum Berdampak Besar Bagi Ekonomi RI
Berita Baru, Jakarta – Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto menilai perdagangan aset kripto masih belum berdampak besar bagi perekonomian Indonesia bahkan belum ada. Pasalnya, uang beredar dalam pasar kripto tidak tersalurkan pada sektor riil.
Hal itu disampaikan Eko dalam diskusi online Indef Plus-Minus Investasi Aset Kripto pada Kamis, 24 Juni 2021.
“Kalau saya sendiri berpandangan sejauh ini kira-kira dampak ke perekonomian mungkin kecil atau belum ada. Kalau sekadar hanya taruh uang lalu beranak pinak tapi tidak pernah masuk ke sektor riil manfaat ekonominya apa,” kata Eko dikutip kanal YouTube INDEF.
Menurut Eko, kondisi ini berbeda dengan obligasi dan saham, yang sudah menunjukan kontribusi ke negara, termasuk dari sisi perpajakan.
Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), total transaksi aset kripto mencapai Rp 126 triliun per Maret 2021. Bappebti juga mencatat jumlah investor aktif di aset kripto per Januari-Maret 2021 mencapai 4,2 juta orang.
Di sisi lain, Eko juga memperkirakan bahwa investor bisa meninggalkan aset kripto apabila kondisi perekonomian sudah pulih akibat pandemi Covid-19.
Sebab, lanjut Eko, minat investor pada aset kripto ini tidak hanya didukung oleh perkembangan teknologi tetapi juga karena ketidakpastian ekonomi akibat pandemi sehingga pasar saham berguguran.
“Kalau kemudian nanti sudah mulai membaik ekonomi global, nanti akan menjadi ujian, apakah aset kripto ini masih menjadi pilihan atau tidak karena orang bisa saja kembali untuk investasi kepada obligasi atau ke aset investasi lainnya seperti saham atau yang lain. Pada saat itu, aset kripto yang tidak bonafid mungkin akan banyak ditinggalkan orang,” pungkas Eko.