Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bank Sentral Turki Pangkas Suku Bunga Utama Meski Inflasi Melampaui 80%

Bank Sentral Turki Pangkas Suku Bunga Utama Meski Inflasi Melampaui 80%



Berita Baru, Internasional – Pada hari Kamis, Bank Sentral Turki mengambil keputusan untuk memangkas suku bunga utamanya, meskipun inflasi di negara itu melonjak melampaui 80%.

Seperti dilansir dari CNBC, pembuat kebijakan moneter Turki melakukan pemotongan 100 basis poin, membawa tingkat pembelian satu minggu utama dari 13% menjadi 12%. Pada bulan Agustus, Turki mencatat inflasi sebesar 80,2%, meningkat selama 15 bulan berturut-turut dan mencapai level tertinggi dalam 24 tahun terakhir.

Turki juga memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin pada Agustus, dan secara bertahap menurunkan suku bunga sebesar 500 basis poin pada akhir 2021, yang memicu krisis mata uang.

Sebuah pernyataan dari Bank Sentral Republik Turki seperti dikutop oleh Reuters mengatakan bahwa pihaknya telah menilai tingkat kebijakan yang diperbarui memadai di bawah prospek saat ini. Pemotongan itu diperlukan karena pertumbuhan dan permintaan terus melambat dan juga mengutip risiko geopolitik yang meningkat.

Arah kebijakan telah lama mengejutkan para investor dan ekonom, yang mengatakan penolakan untuk memperketat kebijakan adalah hasil dari tekanan politik dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang telah lama mencela suku bunga dan berbalik melawan ortodoksi ekonomi dengan bersikeras bahwa menurunkan suku bunga adalah caranya untuk menurunkan inflasi.

Kampanye penurunan suku bunga akibat perdagangan Turki dan defisit transaksi yang membengkak serta menipisnya cadangan devisa, malah mengirim mata uang Turki, lira, ke dalam kemunduran multi-tahun.

Lira telah kehilangan lebih dari 27% nilainya terhadap dolar tahun ini, dan 80% dalam lima tahun terakhir. Setelah pengumuman keputusan suku bunga bank, mata uang turun seperempat poin persentase, diperdagangkan pada rekor terendah 18,379 terhadap dolar.

Para ekonom memprediksi penurunan lebih lanjut dalam lira. Capital Economics yang berbasis di London melihat lira jatuh ke 24 terhadap greenback pada Maret 2023.

“Ruang untuk pelonggaran lebih lanjut menjadi semakin terbatas karena tekanan yang diberikan pada lira dan suku bunga riil,” Liam Peach, ekonom senior pasar negara berkembang mengatakan kepada CNBC.

“Turki mengalami defisit transaksi berjalan yang begitu besar, dan menjadi tergantung pada arus masuk modal asing untuk membiayainya. Cadangan devisa di Turki sangat rendah sehingga bank sentral benar-benar tidak dalam posisi untuk turun tangan,” katanya.

Sementara itu, Presiden Recep Tayyip Erdogan tetap optimis. Dia memprediksi bahwa inflasi akan turun pada akhir tahun. “Inflasi bukanlah ancaman ekonomi yang tidak dapat diatasi. Saya seorang ekonom,” kata Erdogan saat wawancara pada hari Selasa.