Pendampingan Digitalisasi Mahasiswa Unigoro Tingkatkan Pendapatan UMKM
Askan opak singkong dan SMS Collection adalah 2 dari 16 UMKM dampingan KKN-T Unigoro yang mengaku tidak lagi produksi selama masa pandemi, alasannya jelas karena tidak ada permintaan yang masuk. Rahajeng dan Mashallo adalah contoh UMKM yang pendapatannya turun drastis sejak dilanda pandemi. Teknik jualan yang selama ini dilakoni seperti getok tular atau dari mulut ke mulut, sampai titip ke pusat oleh-oleh, tidak bisa memutar roda ekonomi karena ganjalan pandemi terlalu besar.
Alasan mengapa pemilik UMKM ini tidak bergerak ke proses penjualan digital adalah keterbatasan akses dan tidak mengerti harus mulai dari mana. Maklum, kebanyakan dari pemilik UMKM ini sudah berumur dan menjadikannya tidak begitu lincah bersosial media. Kekuatan besar yang ada di sosial media belum benar-benar bisa dimaksimalkan dan diraih oleh para pemilik UMKM. Alhasil, selama 2020 kemarin mereka banyak yang berpangku tangan dan sesekali berharap tetap ada pesanan yang masuk.
Kebutuhan ini direspon oleh Unigoro untuk mencari solusinya melalui program KKN-T yang dilakukan medio 2021 ini. KKN-T dikemas menjadi sebuah kegiatan pengabdian yang sebenarnya sederhana, tetapi diharapkan hasilnya akan benar-benar berdampak pada pemasukan UMKM di Bojonegoro; yakni bermain sosial media.
Beberapa hal yang dilakukan mahasiswa adalah dengan membuatkan atau mengaktivasi akun sosial media UMKM. Selain itu para mahasiswa juga mendaftarkan UMKM di marketplace agar jangkauan pasar lebih luas.
Tak dinyana, ternyata usaha kecil ini mendapatkan hasil yang tidak dikira-kira. Alen, ketua kelompok 15 KKN-T Unigoro yang mendampingi UMKM rahajeng menuturkan bahwa dengan mempromosikan produk Ibu Rahajeng, kebetulan nama UMKM dan pemiliknya sama, pesanan bisa naik sampai nyaris 1000%. Biasanya dalam sebulan Ibu Rahajeng hanya mampu menjual 30 botol sabun pencuci piring, tetapi saat ini, lewat media IG, FB, Tiktok, WA teman-teman peserta dan Shopee, sabun buatan Ibu Rahajeng sudah dipesan nyaris 300 botol, Sambung Alen menjelaskan.
Alen juga menjelaskan bahwa promosi yang dilakukan tidak hanya pada sosial media, tetapi melalui media radio juga. Ia menjelaskan bahwa produk yang dibuat Ibu Rahajeng yang berupa sabun cuci piring dari tembakau dan serbuk jahe merah sasaran utamanya adalah ibu rumah tangga dan bapak-bapak. Sementara ibu rumah tangga juga memiliki keterbatasan dalam mengakses sosial media, mereka akan lebih banyak mendapatkan informasi dari TV atau radio, dari sana kelompok 15 rutin melakukan siaran melalui radio malowopati untuk mempromosikan produk-produk Ibu Rahajeng. Sehingga informasi yang disampaikan diharapkan bisa benar-benar sampai ke target pasar yang diinginkan.
Kisah keberhasilan anak-anak KKN dalam membantu penjualan UMKM melalui digitalisasi juga didapatkan oleh kelompok yang lain. Kelompok 2 yang mendampingi askan opak singkong juga menyatakan sampai kewalahan mengelola pesanan karena permintaan cukup banyak. Kelompok 1 mendampingi UMKM yang memproduksi kripik pisang juga mengalami hal serupa.
Salah satu hal yang juga menjadi perhatian khusus mahasiswa adalah memperbaiki kemasan produk, hal ini menjadi penting ketika produk akan dipasarkan melalui sosial media. Perbedaan penjualan secara konvensional dan sosial media adalah calon pembeli tidak dapat melihat secara langsung kualitas barang dan kemasan, calon pembeli hanya melihat penampilan produk dari layar gawai, sehingga kemasan menjadi hal yang penting untuk bisa bersolek di sosial media.
Syahdan, dengan beberapa usaha yang sudah dilakukan, didapati bahwa pesanan yang diterima UMKM tidak hanya dari sekitar Bojonegoro, tetapi sampai lintas provinsi. Ini tentu hasil yang menggembirakan dan patut untuk diterapkan di banyak UMKM lain.
Buat saya pribadi, ini adalah laboratorium sosial yang menarik untuk direplikasi atau diduplikasi oleh penggerak sosial lain. Ternyata salah satu cara agar membuat UMKM dari daerah mampu bersaing adalah dengan mendampingi dan mengajak mereka mengenal cara-cara berjualan via sosial media.
Yang terakhir, KKN-T tahun ini juga meminta mahasiswa untuk memutar otak kreatifnya. Tidak hanya menampilkan audio visual yang bagus, tetapi dapat juga diaplikasikan oleh pemilik UMKM. Karena akan percuma saja ketika para mahasiswa membuat video dan foto produk yang bagus, tetapi sifatnya tidak berkelanjutan.
Keberlanjutan roda ekonomi ini yang memang akan menjadi muara, akan menjadi gol dari proses pendampingan. Sehingga KKN yang dilakukan mahasiswa tidak hanya panas saat masa pelaksanaannya saja, tetapi pemilik UMKM juga benar-benar bisa mendapatkan manfaat dari proses pendampingan yang dilakukan.
Semangat rakyat bantu rakyat semoga tetap bisa kita kerjakan. Sekarang masa krisis kesehatan, kita sebagai rakyat bisa saling bantu, semisal dengan membeli produk-produk yang ada di sekitar kita. Perihal kualitas, sebenarnya bisa tetap diadu dengan produk yang sudah lebih komersil. Produk UMKM ini berkualitas dan punya potensi besar untuk berkembang, kadang mereka hanya belum tahu caranya agar bisa terlihat oleh lebih banyak orang.
Terima kasih orang-orang baik.
Penulis : Bakhru Thohir (Staf Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bojonegoro)