Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

COP26 di Glasgow akan Menentukan Nasib Iklim
(Foto: BBC)

COP26 di Glasgow akan Menentukan Nasib Iklim



Berita Baru, Internasional – Pada November mendatang, 196 pimpinan Negara akan melakukan pertemuan di Glasgow untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)  iklim besar.

Dalam pertemuan akbar tersebut, para pemimpin akan dimintai persetujuannya untuk melakukan tindakan atas perubahan iklim dan dampaknya, seperti naiknya permukaan laut dan cuaca ekstrem.

Seperti dilansir dari BBC, konferensi tersebut adalah saat di mana para pemimpin dunia akan membahas apakah perjanjian iklim Paris 2015 telah dicapai atau tidak. Pertemuan tersebut akan menjadi momen paling penting, jika perubahan iklim ingin dikendalikan.

Diselenggarakan oleh PBB, forum itu disebut COP26 (Conference of the Parties). Pertemuan yang sangat penting untuk mengikat pertanggungjawaban semua Negara di dunia dalam mengatasi pemanasan global.

Laporan terbaru dari para ilmuwan PBB telah memperingatkan bahwa suhu global telah meningkat lebih cepat sejak 1970 daripada titik mana pun dalam 2.000 tahun terakhir.

Sebelumnya, para pimpinan telah sepakat untuk menjaga kenaikan suhu “jauh di bawah” 2C (3.6F) dan mencoba membatasinya hingga 1,5C. Tetapi banyak ilmuwan mengatakan upaya telah gagal dan pemanasan global dapat mencapai 3C.

Tindakan apa yang perlu disepakati di COP26?

Setiap negara akan diminta membuat target “ketat” untuk mengurangi jumlah gas rumah kaca – yang menambah pemanasan global – yang masuk ke atmosfer pada tahun 2030. Mereka juga akan ditanya tentang langkah yang diambil untuk mencapai “net zero” – tidak ada lagi yang masuk ke atmosfer daripada yang dihilangkan – pada tahun 2050.

Sebagaimana diketahui bahwa bahan bakar fosil merupakan penyebab utama emisi. Maka langkah-langkah yang diperlukan dapat mencakup:

  1. Mengakhiri penggunaan batubara
  2. 2Menghentikan deforestasi
  3. Beralih ke kendaraan listrik
  4. Berinvestasi dalam energi terbarukan

Apa itu perubahan iklim?

Perubahan iklim menggambarkan perubahan jangka panjang dalam pola cuaca planet ini. Dunia telah menghangat sekitar 1,2C sejak pabrik tersebar luas, dan suhu akan terus meningkat kecuali pemerintah mengambil tindakan.

Krisis pangan, gelombang panas, badai dan naiknya permukaan air adalah beberapa di antara efek yang mungkin terjadi.

Sebagai dampak, orang-orang yang tinggal di negara-negara miskin berada di titik paling rentan atas efek pemanasan global. Tidak hanya bahaya dari kekeringan atau gelombang panas, tetapi naiknya permukaan laut perlahan-lahan menenggelamkan seluruh negara kepulauan, dan meracuni ladang dengan air asin.

Sementara itu, negara-negara kaya menjanjikan $100bn (£720m) per tahun pada tahun 2020, untuk membantu negara-negara miskin. Namun, angka terbaru menunjukkan bahwa mereka hanya mengelola $79 miliar.

Pada tahun 2018, sekitar tiga perempat dari uang itu dalam bentuk pinjaman yang perlu dibayar kembali, bukan sebagai hibah. Ini adalah masalah bagi negara-negara miskin, yang banyak di antaranya sudah terlilit utang.

“Masalah ini telah menjadi masalah kepercayaan dan negara-negara kaya harus memberikan sekarang”, kata Alok Sharma, presiden COP26.

Topik ini – yang dikenal sebagai pendanaan iklim – akan menjadi salah satu topik perdebatan terbesar.

Pada tahun 2019, pemerintah Inggris adalah negara besar pertama yang mengumumkan target emisi karbon “nol bersih” pada tahun 2050. Awal tahun ini, ia juga mengatakan ingin mencapai pemotongan 78% pada tahun 2035.

Namun, politisi oposisi mengatakan kata-kata pemerintah tidak diimbangi dengan tindakan. Pemimpin Partai Buruh, Sir Keir Starmer, menuduh pemerintah menggunakan “suara tanpa substansi”.

COP26 menjadi harapan besar untuk upaya melawan kenaikan suhu. Negara-negara kaya haurus berkomitmen atas janji keuangan $100 miliar yang telah mereka buat, jika ada kemajuan yang ingin dicapai. Sebuah kesepakatan yang mengikat negara-negara di dunia untuk menghentikan pembakaran batu bara secara bertahap akan menjadi pencapaian besar, meskipun pertemuan pra-KTT menunjukkan ini bukanlah tugas yang mudah.

Selain itu, tekanan juga diperlukan pada setiap negara untuk terus meningkatkan ambisi mereka, tidak hanya dalam hal pengurangan emisi, tetapi dalam membantu masyarakat dan negara-negara yang sudah terkena dampak perubahan iklim.