Satu Menit di Neraka
“Kalau kalian takut neraka, mestinya tak perlu mengharapkan surga! Kalian menyembah Tuhan atas nama ketakutan!“
Bandu mati suri dan ketika kembali, ia menceritakan pengalamannya satu menit berada di neraka. Orang-orang setempat tidak ada yang percaya, meskipun kemudian tetap menyimak ceritanya.
Orang-orang setempat yang tidak percaya mengenai pengalaman Bandu sewaktu mati tentu saja bukan tanpa alasan. Banyak orang mati suri dan ketika hidup kembali, mereka tak mengerti apa-apa. Mereka dibuat lupa oleh pencipta semesta ini. Pengetahuan mereka dibuat kembali dari nol lagi.
Orang-orang setempat yang penasaran cerita Bandu tentang satu menitnya di neraka juga bukan tanpa alasan. Siapa yang tidak rindu kebohongan paling asyik di tengah-tengah banjirnya kebohongan yang buruk di dunia maya? Tentu saja penasaran dengan cerita Bandu menjadi pilihan terbaik. Bandu toh memang tukang cerita yang baik. Bandu toh juga bersungguh-sungguh ingin memberikan pengalamannya.
Satu menit di neraka ternyata menyedihkan. Kau akan tahu bagaimana malaikat yang digambarkan tersebut dari cahaya itu menjadi begitu bengis. Persis iblis. Mereka tidak peduli ada makhluk-makhluk Tuhan paling mulia tersiksa di neraka. Malaikat itu terus membodami mereka, sampai hancur, sampai tulang-tulangnya menjadi bubur.”
Orang-orang menyimak dengan seksama. Saleho, pemuda yang kebetulan masa kecilnya sering mengoleksi buku kecil Siksa Neraka, melongo sampai pada titik terlebar. Mulutnya seperti ingin memangsa lebih banyak udara.
“Satu menit di neraka, kau akan tahu bagaimana rasanya tulang punggung meleleh, otak mendidih, dan daging matang.”
“Gimana Abang bisa tahu itu sedangkan sekarang Abang baik-baik saja? Abang masih bisa bercerita. Abang masih bisa bernapas seperti biasa.” Celetuk Ahmad Sultan Syafii, mahasiswa fakultas dakwah.
“Tunggu dulu, Anak Muda. Masalah ini tidak segampang yang ada di pikiranmu.”
“Terus gimana, Bang?
“bukanya satu menit di neraka sudah terhitung lama?”
“Aku tidak paham soal itu. Yang jelas, aku belum disiksa. Hanya, Tuhan berencana memasukkan aku ke dalamnya lewat malaikat-malaikat yang bengis itu.”
“Tunggu dulu. Kamu jangan ngawur!” Tersinggung karena malaikat dibilang bengis, Ustaz Khaliq angkat bicara,” cukupkan ceritamu itu.”
“Mohon maaf, Ustaz. Kalau tidak mau mendengar cerita saya, silakan Ustaz undur diri. Saya akan tetap melanjutkan cerita saya soal di neraka yang siksanya sangat pedih ini.”
Ustaz Khaliq geram, alih-alih masih tetap mendengarkan cerita Bandu. Dan tepat ketika cerita itu sampai pada peristiwa yang paling mengerikan (tentu saja tidak perlu ditulis di sini), Ustaz Khaliq tergidik, lalu pergi dan tidak mau mendengarkan cerita mengenai neraka lagi. Terlalu mengerikan, bahkan walau hanya untuk dibayangkan, pikirnya. Lalu satu orang menyusul pak ustaz, lalu satu orang lagi, lalu beberapa orang, lalu semuanya pergi meninggalkan Bandu.
Bandu terbahak-bahak melihat kejadian itu. Sehingga orang-orang yang belum jauh pergi, memandangi Bandu dengan heran. Kemudian terdengar teriakan dari Bandu, “Kalau kalian takut neraka, mestinya tak perlu mengharapkan surga! Kalian menyembah Tuhan atas nama ketakutan!”
Semua tersentak. tetapi, itu tentu bukan hanya karena perkataan Bandu, tapi juga karena tepat pada saat mengucapkan itu, Bandu terbang. Semakin meninggi dan meninggi dan akhirnya tak kelihatan lagi.[*]
Sumber : Instagram @armedian_id