Wujudkan Desa Wisata Toleransi, Tim Doktor Mengabdi UB Memberikan Pendampingan
Beritabaru.co, Malang. – Desa Sukodadi Wagir Malang merupakan desa yang mempunyai potensi besar dalam bidang keberagaman. Khususnya dalam bidang agama dan keyakinan. Setidaknya Desa Sukodadi mempunyai tiga agama (Islam, Hindu, Katolik), bahkan aliran kepercayaan yang telah lama hidup berdampingan.
Menurut Kepala Desa Sukodadi, Bapak Susilo Wahyudi, kehidupan yang harmonis di desa tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran serta aktif masyarakat yang terus menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa membeda-bedakan agama. Praktik ini telah berjalan puluhan tahun, sehingga ketika ada konflik yang muncul dapat segera diselesaikan secara budaya. Bapak Susilo menambahkan, bahwa urusan toleransi itu hal yang tidak mudah karena menyangkut masalah hati dan keyaninan, tetapi atas dasar kekeluargaanlah toleransi antar warga ini dapat terwujud, sambung Pria yang sudah memimpin desa ini selam kurang lebih 6 tahun.
Dalam kerangka tersebut, TIM Doktor Mengabdi yang diketuai oleh Dr. Nur Chanifah, M. Pd.I , dalam sambutannya menyampaikan akan membranding Desa Sukodadi ini untuk dijadikan desa wisata edukasi tolerasi. Program ini sangatlah penting sebagai wujud dari pengabdian civitas akademik Universitas Brawijaya untuk mendorong potensi-potensi yan dimiliki warga setempat agar dapat dikembangkan jauh lebih berguna baik bagi masyarakat setempat dan masyarakat luar pada umumnya.
Secara lebih detail, anggota Tim Doktor Mengabdi dan sekaligus pemateri, Prisca Kiki Wulandari, M.Sc menyampaikan bahwa konsep dasa toleransi bersifat edukasi, hal in dapat dilihat percontohan di Lasem Rembang Jawa Tengah. Sasaran wisata edukasi ini nantinya akan membidik para peneliti, dosen, guru, mahasiswa dan siswa se-Malang Raya dan Jawa Timur. Para wisatawan nantinya akan dapat berkomunikasi dengan warga secara langsung dan belajar kepada warga setempat tentang pentingnya hidup rukun di tengah perbedaan agama.
Di samping itu, dalam wisata edukasi ini nantinya sangat perlu didorong peran pemuda karang taruna dan ibu-ibu PKK. Para pemuda karang taruna akan dilatih terlebih dahulu agar mengerti seluk beluk pariwisata, dari potensi, pengelolaan, pembuat paket wisata hingga penyebaranya ke media-media sosial sebagai ajang promosi. Sementara untuk ibu-ibu PKK akan dilatih membuat batik toleransi. Tim batik yang akan mendampingi ibu-ibu selama pelatihan telah membuatkan gambar batik yang menggambarkan toleransi agama warga dan diberi nama Batik Lereng Rarem serta Batik Kertokusuma, jelas anggota Doktor Mengabdi Destriana Saraswati, M. Phil.
Acara yang digelar pada hari Minggu, 4 Agustus ini menyepakati mengenai niat baik dari TIM Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya ini untuk menindaklanjuti sesi pelatihan-pelatihan yang akan berlangnsung 1 hingga 2 bulan ke depan. TIM Doktor mengabdi sangat berharap antusiasme warga ini dapat dipertahankan sehingga dapat terwujud desa wisata edukasi. [Ans]