Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

BRIN Tingkatkan Pencegahan Mpox Melalui Pengawasan Ketat dan Kolaborasi Lintas Sektor

BRIN Tingkatkan Pencegahan Mpox Melalui Pengawasan Ketat dan Kolaborasi Lintas Sektor



Berita Baru, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan langkah cepat untuk mencegah lonjakan kasus Mpox dengan memperketat pemeriksaan kesehatan di pintu masuk negara serta mengaktifkan kembali pelacakan mobilitas pelaku perjalanan melalui aplikasi SATUSEH Health Pass.

Langkah ini diambil setelah ditemukan varian Clade Ib di luar Afrika yang menunjukkan tingkat keparahan dan penularan yang lebih tinggi, termasuk ke populasi anak-anak.

Kepala Organisasi Riset dan Kebijakan (ORK) BRIN, Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, menjelaskan bahwa Mpox dipengaruhi oleh beberapa clade, yaitu clade Ia, clade Ib, dan clade Ilb. Clade Ia terkait dengan kasus yang lebih berat pada anak-anak dan dewasa, sementara clade Ib dan Ilb mayoritas menular melalui kontak seksual.

“BRIN memiliki tanggung jawab penting dalam pencegahan wabah di Indonesia. Penelitian lanjut mengenai epidemiologi, transmisi, serta pengembangan vaksin atau terapi baru sangat diperlukan untuk mengendalikan Mpox. Melalui webinar ini, kami berharap peserta memperoleh informasi terkini serta dapat mendorong kerja sama dengan instansi terkait dalam upaya pencegahan penyebaran Mpox,” ujar Indi seperti dikutip dari rilis resmi BRIN, Selasa (3/9/2024).

Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN, Harimat Hendrawan, menambahkan bahwa hasil Penilaian Risiko Bersama (PRB) menunjukkan hingga kini belum ditemukan kasus Mpox pada hewan di Indonesia. Namun, potensi penularan balik dari hewan peliharaan dan pembentukan reservoir hewan baru perlu diwaspadai.

“Penting untuk terus memantau perkembangan terkini mengenai Mpox. Pengetahuan yang berkembang akan membantu mitigasi risiko, identifikasi cara penularan baru, serta peningkatan langkah-langkah pencegahan yang efektif,” jelas Hendrawan.

Hendrawan juga menekankan pentingnya pencegahan melalui vaksinasi cacar, penggunaan pelindung pribadi, dan menghindari kontak dengan hewan atau lingkungan terkontaminasi. Pengobatan umumnya bersifat suportif dengan fokus pada pengelolaan gejala dan pencegahan infeksi sekunder, dengan beberapa terapi antiviral untuk kasus parah atau berisiko tinggi.

“Penting untuk kembali menegakkan disiplin protokol kesehatan guna mencegah risiko penularan,” tegas Hendrawan.