Meneguhkan Kebudayaan Nusantara dalam Bingkai Harmoni dan Toleransi
Berita Baru, Yogyakarta – Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama menggelar sarasehan dan doa di Pondok Pesantren Syahiidah, Wonogiri bersama 30 tokoh adat dari berbagai penjuru Indonesia.
Acara yang berlangsung pada 12-13 Agustus lalu ini menjadi wadah bagi mereka untuk mengangkat isu menarik tentang “Keragaman Adat dan Budaya dalam Kesatuan Warisan Peradaban Nusantara yang Toleran dan Harmonis.”
“Sarasehan ini bukan hanya sekadar pertemuan, tetapi juga wujud kerja keras kami untuk membangun karakter kebudayaan yang mengedepankan rasa saling menghormati, mendukung, dan mencintai,” ujar Ketua Lesbumi PBNU, M. Jadul Maula, saat berbicara dalam acara tersebut.
Dalam kesempatan ini, para tokoh adat dari berbagai daerah seperti Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku, dan berbagai penjuru Nusantara lainnya, menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis yang penting bagi keutuhan bangsa. Wakil Ketua Lesbumi PBNU, Zastrow Ngatawi, mengungkapkan, “Kearifan lokal dari berbagai adat dan tradisi merupakan ‘bahasa’ yang telah terus mengalir dan mengisi peradaban Nusantara seperti air jernih dalam danau.”
Rekomendasi yang dihasilkan meliputi upaya untuk mempertahankan nilai-nilai kebudayaan Indonesia, memupuk imunitas kultural, menanamkan kebudayaan kepada generasi muda, hingga membangun kesadaran bersama tentang keanekaragaman. “Kami ingin mengembangkan nilai-nilai kearifan budaya ke arah yang lebih maju dan sesuai dengan zaman,” tambahnya.
Dalam rangka memperkenalkan lokasi wisata sakral di Gunung Kidul, panitia Ponpes Syahiidah dan Ponpes Hajar Aswad turut mengajak para tokoh adat untuk berwisata ke Gunung Gambar. Tidak hanya menguatkan hubungan antarbudaya, kegiatan ini juga menunjukkan bahwa teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media pelestarian budaya di era digital.
Sebagai pelengkap, hiburan seni tradisi wayang kulit purwo dengan dalang Ki Ardhi Poerboantono turut dihadirkan. Sajian yang mewah ini menjadi pengingat akan pentingnya melestarikan kebudayaan dan tradisi yang semakin langka di tengah perkembangan zaman.
Acara ini juga mencatat momen penting saat tokoh adat dari Aceh hingga Papua bersama-sama menanam pohon di Bukit Nusantara di lingkungan Ponpes Syahiidah. “Tindakan ini adalah simbol dari semangat kita untuk bersatu dan melestarikan keragaman adat dan kebudayaan di Nusantara,” ungkap M. Jadul Maula.
Kegiatan sarasehan dan doa ini telah menorehkan jejak berharga dalam perjalanan membangun peradaban Nusantara yang harmonis dan penuh toleransi. Dengan mempertahankan dan menghargai warisan kebudayaan, bangsa Indonesia terus menunjukkan jatidiri yang kuat dalam menjaga kekayaan adiluhungnya, dan menjadi contoh bagi dunia tentang betapa pentingnya menjaga harmoni dalam perbedaan.