China Desak Negara-Negara Untuk Berhenti Menyulut Api dalam Perang Ukraina
Berita Baru, Beijing – China desak negara-negara untuk berhenti menyulut api dalam Perang Ukraina yang tiga hari lagi genap setahun, kata Menteri Luar Negeri China Qin Gang pada hari Selasa (21/2).
Ia “sangat khawatir” bahwa Perang Ukraina dapat menjadi lepas kendali.
“China sangat khawatir konflik Ukraina akan terus meningkat atau bahkan lepas kendali,” kata Qin dalam pidato di forum yang diadakan di kementerian luar negeri.
China pada tahun lalu, sebelum Rusia melakukan invasi pada tanggal 24 Februari 2022, menjalin kemitraan “tanpa batas” dengan Rusia. China menahan diri untuk tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
“Kami mendesak negara-negara tertentu untuk segera berhenti mengobarkan api,” katanya dalam komentar yang tampaknya diarahkan ke Amerika Serikat, menurut laporan Reuters, menambahkan bahwa mereka harus “berhenti membesar-besarkan ‘hari ini Ukraina, besok Taiwan'”.
Di sis lain, Amerika Serikat telah memperingatkan konsekuensi jika China memberikan dukungan militer kepada Rusia, yang menurut Beijing tidak dilakukan.
Komentar Qin muncul ketika kantor berita Rusia TASS mengatakan diplomat top China Wang Yi dijadwalkan tiba di Rusia pada hari Selasa (21/2) dan menjelang “pidato perdamaian” yang diharapkan akan disampaikan oleh Presiden Xi Jinping pada hari Jumat, peringatan invasi Ukraina.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan kunjungan Wang ke Rusia akan menjadi kesempatan untuk lebih mempromosikan hubungan antara kedua negara.
“China bersedia mengambil kesempatan untuk bekerja sama dengan Rusia untuk mempromosikan hubungan bilateral di sepanjang arahan yang ditetapkan oleh kedua kepala negara,” kata Wang Wenbin dalam jumpa pers rutin.
Juga pada hari Selasa, China merilis sebuah makalah tentang Prakarsa Keamanan Global (GSI), proposal keamanan andalan Xi yang bertujuan untuk menegakkan prinsip “keamanan tak terpisahkan”, sebuah konsep yang didukung oleh Moskow.
Rusia bersikeras bahwa pemerintah Barat menghormati perjanjian 1999 berdasarkan prinsip “keamanan tak terpisahkan” bahwa tidak ada negara yang dapat memperkuat keamanannya sendiri dengan mengorbankan negara lain.
Pada hari Senin, Wang menyerukan penyelesaian yang dinegosiasikan untuk perang Ukraina selama persinggahan di Hongaria.
Pada hari yang sama, Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan mendadak ke Kyiv untuk menunjukkan solidaritas, menjanjikan bantuan militer senilai $500 juta ke Ukraina dan sanksi tambahan terhadap elit Rusia akan diumumkan secara penuh minggu ini.
Beijing telah menahan diri untuk tidak mengutuk operasi Moskow melawan Ukraina atau menyebutnya sebagai “invasi” sejalan dengan Kremlin, yang menggambarkan perang tersebut sebagai “operasi militer khusus” yang dirancang untuk melindungi keamanan Rusia sendiri.
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari telah memicu salah satu konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua dan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962.