SHHH – Ini Jess! | Puisi-Puisi: Irzi
SHHH—INI JESS! BAGIAN 9
: Hasan Aspahani
Duka Bluesette ibarat luka beset
yang digarami irama waltz. Ia lebih
perih menjalar pada tubuh ringkih
sastrawan renta—duda beranak dua
tatkala siut mulut janda kembang
sulut aum macan ompong selepas
tiga belas tahun molor di sudut
kandang tanpa daging tanpa
sungging senyum paling kuntum.
Luka sastrawan renta tak senilai emas
dua puluh empat karat. Ia malah larat
dalam sepi, buluk dalam lubuk, dekil
menjelma perkara gokil macam
unison vokal nona Elis Regina—
rancak & nandak berkawin siul
akor bes minor dari gitar hollow
paman Tielemans, wow!—hati
duda mana yang tak mellow
& karam ketika berlayar mencari
cinta paripurna pada sebentuk bianglala
yang terbungkus unyu pita merah muda.
2022
SHHH—INI JESS! BAGIAN 7
: Hasan Aspahani
Paman Herbie—pating seliwer, saban
pagi numpak delman rute Chicago
(Cilincing-Cakung via Bendungan Jago).
Setelah lelah jualan semangkah
beliau lekas ganti pilihan buah,
coba peruntungan dengan blewah
lokal kebun Pulo Lentut, sebab yang
ori dari Canteloupe Island kayaknya
udah susah dah—mafia impor bertingkah.
Paman Herbie—kemelekeran, perut begah
gegares blewah lokal, tapi beliau punya
kesaktian baru—kamuflase ala bunglon,
lewat satu jentik jari tangan kiri
bisa jadi menkosaurus alias maruk-urus
terus tinggal jentik jari kiri sekali
lagi, bila pengin kembali jadi kusir
delman rangkap tukang buah, rangkap
kepala suku nyang doyan jagal kepala
peang di dalamnya—kepala pemerintahan,
kepala Komisi Anti Rasuah, kepala roti buaya cokelat
sampai—kepala pundak lutut kaki (lu*ut lagi) ups!
shhh—saban hari, Paman Herbie selalu hepi.
2022
SHHH—INI JESS! BAGIAN 5
: Hasan Aspahani
Lewat jam malam, sebelum keluar rumah
jangan lupa balur minyak telon
biar angin tak masuk merisak badan.
Seperti untaian improvisasi jari tangan
kiri Monk, menekan tuts hitam piano
sepenuh hati, menginjak pedal piano
sepenuh hati, berhenti sejenak
sepenuh hati, berdiri di atas kursi
sepenuh hati, menari sepenuh hati,
kembali duduk & menekan tuts hitam
sebagai epistrophy yang diulang
ke sekian kali—Jalan terus, jangan berhenti
sampai pagi, sampai termometer
tak dapat mencatat dingin
yang tercetak dalam sajak—mas Goenawan.
Shhh—tadi malam—pergi keluyuran.
2022
SHHH—INI JESS! BAGIAN 3
: Hasan Aspahani
Barangkali
Bitches Brew dicuri
dari binatang jalang.
Bila Chairil berlari
membawa luka,
membawa bisa
maka Miles berlari
diseringai Voodoo,
diserapahi Feio.
Tapi mereka pasti
lebih tak peduli
ke pengikut, pencari suaka
puisi culun, musik manyun
Shhh—segala yang dikata
orang sekarang—cuma nampang!.
2022
SHHH—INI JESS! BAGIAN 1
: Hasan Aspahani
Suatu waktu, Miles
pernah nyap-nyap
dalam senyap—
Bakal ada masa
orang tua, tuli
tenggelam dalam sajak
sedang anak
muda, moody teriak
serentak, gengges—
Shhh, dua muka
dalam satu sekuens
tiup ala Wayne Shorter
sempat bikin keder—
kelihatan betul pada
jejak langkah si empu
yang dikata bijak
ibarat loncat bangsat
di kasur kapuk,
ia sunyi geliat
isap darah, dedah dana
In a silent way
Shhh—tentunya…
2022
SHHH—INI JESS! BAGIAN 8
: Hasan Aspahani
Dengus napas & celepas celepus cerutu
pipa tak berjenama dari mulut Mingus tak
henti meski jari kiri, tengah khusyuk mencekik
leher upright akustik bass untuk
sekadar memproduksi not pelik
pada komposisi Pithecantropus Erectus
—konon dapat buat singkat
tekdung tralala perut gadis tetangga.
Lain padang lain belalang, tatkala
Mingus kelar perkara erectus—Ah,um
maka presdir penyair (katanya)
masih berkutat di sekitar rehal rancap
nyaring—kering kurang licin, sonder
vaselin, cyiin!. Escebe disarankan agar
lebih rileks dengan dengar penuh album
The Black Saint & the Sinner Lady
(siapa tau esok sore bisa ketemu) kapakbaru yang gampang diajak sihka winka.
Shhh—ini masih jess lho!
2022
SHHH—INI JESS! BAGIAN 6
: Hasan Aspahani
Hoopla, Jassin tertegun
mengingat getun. Tinju
nya kepalang hantam
penyair bohemian kurus
tirus cum kelotokan.
Nini, Nini, berani ‘nggilani.
Datang dara, Hilang dara.
ibarat tenaga kuda:hoopla, Jassin membara
—”Eling Tong! Eling Tong!
Do nothing till you hear from me”
kesambet trem, baru kau tau—asem!
Chairil memang mau ngebekasin
lewat asap Accord, secokot sajak
tambah Jassin punya mata melotot
“aku jadi elang, sekarang belah
belah gelombang, balik pulang”macam dara, macam mana?
Shhh—roepanja tjinta, sebatas sigaret sadja.
2022
SHHH—INI JESS! BAGIAN 4
: Hasan Aspahani
Nyatanya Charlie Parker juga bisa baper
dirundung galau tak berkesudahan.
Suara Alto Saksofonnya terdengar sember
—just friends, lovers no more
disiram orkestra seksi gesek,
makin bengek itu isak tangis rek!.
Rupanya di belahan bumi yang lain
Sapardi muda bikin sajak atas kesedihan Bird
sajak liris itu nyaris bikin ngantuk
—sayangku yang jauh, setipis garis
kawan atau dedemenan.
2022
SHHH—INI JESS! BAGIAN 2
: Hasan Aspahani
Chairil mirip Coltrane
mati muda pas
lagi jaya
teringat saya akan
sajak semangat
atau aku pada
versi lain, nyaris seperti
Giant Steps—revolusioner,
individualistis sekaligus satir.
Kedua perkara itu
ialah langkah megah
puting beliung yang
lebih dulu hadir
sebab memang belum
tentu—usia tua
sejajar dengan
karya raksasa, paling
(cuma upaya lari dari senja)
Shhh—sesederhana
mengingat perihal
yang kita suka.
2022
Irzi Lahir di Jakarta, 13 November. Eks gitaris Jazz yang banting setir nulis puisi jess. Puisi-puisinya dimuat di Majalah Digital Mata Puisi, Majalah Sastra Balai Bahasa Provinsi Banten “Kandaga”, laman sastra Buruan.co, Borobudurwriters.id, Tempo.co, Bacapetra.co, Sastramedia.com serta beberapa Antologi Puisi Nasional. Buku puisi pertamanya Ruang Bicara, 2019. Saat ini bergiat di Komunitas Budaya BetawiKita.