Sehari Setelah Perang yang Menewaskan 100 Orang, Armenia dan Azerbaijan Kembali Bentork dan Saling Tuding
Berita Baru, Yerevan – Azerbaijan dan Armenia kembali bentrok pada Rabu (14/9), sehari hampir 100 tentara tewas dalam pertempuran paling mematikan antara bekas republik Soviet sejak 2020.
Sedikitnya 49 tentara Armenia dan 50 militer Azerbaijan tewas pada bentrokan hari Selasa (13/9) malam.
Kedua pihak saling menyalahkan atas pertempuran yang memicu kedua negara mencari ‘bantuan’ dari negara lain, hingga Presiden Rusia Vladimir Putin yang sedang berperang dengan Ukraina, menyeru untuk tenang.
Perang kedua negara bekas Soviet itu menimbulkan kekhawatiran akan konflik bersenjata besar lainnya di bekas Uni Soviet, sementara militer Rusia sendiri masih ‘sibuk’ dengan Ukraina.
Konflik penuh antara Armenia dan Azerbaijan akan berisiko menyeret kekuatan seperti Rusia dan Turki hingga berpoteni mengacaukan koridor penting untuk pipa yang membawa minyak dan gas seperti konfrontasi atas Ukraina mengganggu pasokan energi.
Kementerian pertahanan Armenia pada hari Rabu (14/9) menuduh Azerbaijan, yang didukung secara politik dan militer oleh Turki, menembakkan artileri, mortir dan senjata ringan dalam serangan baru.
“Situasi di perbatasan Armenia-Azerbaijan tetap tegang,” tambahnya, menegaskan kembali posisi Armenia bahwa Azerbaijan melancarkan serangan di wilayah kedaulatannya.
Di pihak lain, Azerbaijan menuduh Armenia, yang berada dalam aliansi militer dengan Rusia dan rumah bagi pangkalan militer Rusia, menembakkan mortir dan artileri terhadap unit militernya.
“Posisi kami secara berkala ditembaki saat ini,” kata kementerian pertahanan Azerbaijan, dikutip dari Reuters. “Unit kami mengambil langkah-langkah respons yang diperlukan.”
Masih belum diketahui secara jelas tentang situasi di medan perang.