Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Membaca Sentimen dan Emosi Publik Terhadap Gejolak di Belahan Dunia Lain

Membaca Sentimen dan Emosi Publik Terhadap Gejolak di Belahan Dunia Lain



Berita Baru, Jakarta – Publik bereaksi sangat beragam terhadap beragam peristiwa dunia yang dirangkum oleh Evello. 

Founder Evello, Dudy Rudianto mengatakan melalui analisa sentiment dan emosi, Evello menemukan jika banyak peristiwa didominasi sentiment negative dan emosi sedih. 

Diantaranya, gempa bumi Afganistan pada 22 Juni 2022 adalah peristiwa bersentimen negatif tertinggi bagi publik Indonesia.

“Dengan skor sentiment mencapai 85%, emosi sedih mencapai skor 42 persen pada peristiwa yang menewaskan lebih dari 1000 orang,” kata Dudy kepada beritabaru.co, Sabtu (25/6).

Menurutnya, publik Indonesia juga bersentimen negatif sangat tinggi terhadap kasus penyiksaan TKI. 

“Dengan skor sentiment negative mencapai 80 persen, publik Indonesia juga terlihat sedih atas bebasnya mantan majikan Adelina Lisao. Skor sedih mencapai 33 persen,” ujarnya.

Selain itu, pengabaian polisi India atas laporan remaja muslim yang tewas saat berdemo berada pada posisi ketiga menuai sentiment negative publik Indonesia. 

“Dengan skor sentiment 78 persen, publik terlihat berempati atas peristiwa ini dengan skor sedih 27 persen,” terangnya.

Begitupun alarm krisis energi yang digaungkan Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menuai sentiment negative publik Indonesia dengan skor 56 persen.

“Emosi sedih juga terlihat tinggi dengan skor 30 persen mengingat situasi yang sama juga mulai dirasakan di tanah air,” ujarnya.

Publik Indonesia juga memberikan perhatian sangat tinggi terhadap aksi demo di Amerika Serikat terkait hak aborsi. 

“Dengan skor sentiment negative 50 persen, dan skor emosi sedih mencapai 28 persen, publik Indonesia cukup larut mengikuti situasi di Amerika Serikat pasca Mahkamah Agung membatalkan hak aborsi atau yang dikenal sebagai Roe v Wade dalam konstitusi negara,” pungkas Dudy.

Membaca Sentimen dan Emosi Publik Terhadap Gejolak di Belahan Dunia Lain