3 penumpang Positif Covid-19, KRL Bakal Tetap Beroperasi
Berita Baru, Jakarta – Sebanyak 3 penumpang KRL Jabodetabek dinyatakan positif terjangkit virus corona (Covid-19). Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pasang badan dan menegaskan bahwa KRL tetap akan beroperasi.
“KRL tetap boleh beroperasi namun dengan pembatasan penumpang yang ketat. KRL tidak dihentikan operasinya, karena memperhatikan penumpang-penumpang yang sangat membutuhkannya, seperti dijelaskan tersebut,” kata Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati, Selasa (5/5) dalam sebuah keterangan resmi.
Dia juga mengklaim bahwa kepadatan penumpang telah dikendalikan, dengan seoptimal mungkin menerapkan jaga jarak antar penumpang. Caranya, seluruh kereta telah dilengkapi dengan marka pada bangku dan tempat duduk untuk mengatur posisi pengguna.
“Pentingnya mengatur posisi ini juga senantiasa diingatkan kepada pengguna melalui pengumuman di stasiun di dalam kereta, hingga melalui petugas pengawalan kereta yang berpatroli. Berbagai papan informasi berkaitan dengan pentingnya jaga jarak juga telah dilakukan,” jelasnya.
Protokol kesehatan itu juga dijalankan untuk menjaga para penumpang yang masih harus bekerja atau beraktivitas, dan sangat mengandalkan KRL sebagai moda tranportasi mereka. Mereka antara lain petugas medis, office boy, penjaga pom bensin dan sebagainya.
Adita menyampaikan bahwa KRL bukan satu-satunya sarana yang memungkinkan adanya penularan COVID-19. Terlebih bagi orang-orang yang berkategori tanpa gejala.
“Perlu dipahami bahwa penularan Covid-19 bisa terjadi dimana saja, tidak hanya di KRL,” kata Adita.
Dia bilang, Kemenhub terus memastikan pelaksanaan protokol kesehatan di berbagai moda transportasi termasuk di KRL. Menurutnya, Permenhub No. 18/2020 secara tegas telah menyatakan bahwa penumpang wajib menggunakan masker.
Petugas juga diwajibkan mengecek suhu tubuh penumpang. Adita menyebut, pada 10 stasiun juga telah dipasang thermal scanner yang mampu mendeteksi suhu tubuh ratusan pengguna dalam waktu bersamaan.
“Telah disediakan wastafel tambahan yang dipasang pada lokasi-lokasi yang sering dilalui pengguna KRL agar dapat digunakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum maupun sesudah naik KRL di 40 stasiun,” tegasnya.
Selain di stasiun, di dalam gerbong KRL pun disediakan hand sanitizer. Ia menegaskan, semua ketentuan ini telah dilaksanakan dengan baik oleh PT KCI sebagai operator KRL.
Terpisah, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menilai, jika ada usulan setop operasi KRL, harus dibarengi dengan penyediaan layanan transportasi alternatif.
“Jika KRL dihentikan, Pemda yang mengusulkan harus mencarikan angkutan alternatif,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Pasalnya, warga yang masih banyak memakai KRL ini menurutnya merupakan para pelanggan yang bekerja di Jakarta pada sektor strategis. Dengan begitu, dia menilai, kalau KRL dihentikan tanpa adanya alternatif, maka akan ada masalah baru di Jakarta.
“Jika mereka bekerja di sektor kesehatan, perbankan, energi tentunya akan membuat lumpuh aktivitas Kota Jakarta,” tegasnya.
Apalagi, bagi pekerja sektor tersebut, selama masa pandemi Covid-19 ini tidak ada penyediaan tempat tinggal di dekat lokasi bekerja. Artinya, setiap hari mereka harus pulang pergi ke rumah dan tempat kerja.
“Tidak semua yang bekerja di sektor kesehatan mendapat tempat tinggal di Jakarta, yang dapat tempat tinggal itu kan yang melayani pasien Covid-19,” ujarnya.
Di sisi lain, layanan kesehatan di luar penanganan Covid-19 tetap dibutuhkan. Terutama bagi warga Jakarta, sedangkan pekerja medisnya bukanlah orang yang tinggal di Jakarta.
“Ada warga Jakarta yang rutin transfusi darah bagi yang sakit ginjal, bisa tidak terlayani,” katanya.
Tak hanya di sektor kesehatan, para pengguna KRL juga berasal dari sektor strategis lainnya. Sektor ini tidak bisa dihentikan karena tetap harus memberikan layanan publik.
“Yang bekerja di PLTU Tanjung Priok tidak masuk kerja, Jakarta bisa padam bahkan se-Pulau Jawa nantinya. Pegawai pemadam kebakaran tidak bisa bekerja, tiba-tiba ada kebakaran di Jakarta, tidak ada yang memadamkan,” jelasnya lagi.