Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store
(Foto: The Guardian)

Xi Jinping Peringatkan Biden untuk Perang Dingin Baru Jika AS Masih Proteksionis



Berita Baru, Internsional – Presiden China, Xi Jinping, memperingatkan kepada Joe Biden bahwa akan ada perang dingin baru jika ia melanjutkan kebijakan proteksionis presiden sebelumnya, Donald Trump.

Dalam pidatonya di acara Forum Ekonomi Dunia virtual, Xi menyerukan pendekatan multilateral untuk menyelesaikan krisis ekonomi yang disebabkan oleh Covid-19 dan mengatakan pandemi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk membalikkan globalisasi demi “pemisahan dan pengasingan”.

Xi, seperti dilansir dari The Guardian, Selasa (26/1), tidak menyebut nama Biden atau AS dalam pidatonya, tetapi menjelaskan bahwa China tidak mau didikte oleh Washington.

“Untuk membangun lingkaran kecil atau memulai perang dingin baru, untuk menolak, mengancam atau mengintimidasi orang lain, untuk dengan sengaja memberlakukan pemisahan, memberikan gangguan atau sanksi, dan untuk menciptakan isolasi atau kerenggangan hanya akan mendorong dunia ke dalam perpecahan dan bahkan konfrontasi,” kata Xi.

Mengulang pesan multilateralisme seperti yang disampaikan saat menghadiri WEF di Davos empat tahun lalu, Xi mengatakan alternatifnya adalah hukum rimba. “Tidak ada masalah global yang dapat diselesaikan oleh satu negara saja. Harus ada tindakan global, respons global, dan kerja sama global.”

Xi berkata: “Kita harus membangun ekonomi dunia yang terbuka, menegakkan rezim perdagangan multilateral, membuang standar, aturan dan sistem yang diskriminatif dan eksklusif, dan menghilangkan hambatan perdagangan, investasi dan pertukaran teknologi. Hubungan antar negara harus dikoordinasikan dan diatur melalui lembaga dan aturan yang tepat. Yang kuat seharusnya tidak menindas yang lemah. Keputusan tidak boleh dibuat hanya dengan memamerkan otot yang kuat atau melambaikan tangan.”

Xi juga menjelaskan bahwa China tidak akan terpengaruh oleh berbagai kritik atas catatan hak asasi manusianya – tentang tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di Hong Kong dan perlakuan terhadap penduduk Uighur, yang disebut sebagai “genosida” oleh menteri luar negeri AS sebelumnya, Mike Pompeo.

“Tidak ada dua daun di dunia yang identik, dan tidak ada sejarah, budaya, atau sistem sosial yang sama. Setiap negara unik dengan sejarah, budaya dan sistem sosialnya sendiri, dan tidak ada yang lebih unggul dari yang lain,” kata Xi.

“Perbedaan itu sendiri bukanlah alasan untuk khawatir. Yang membunyikan alarm adalah kesombongan, prasangka dan kebencian; ini adalah upaya untuk memaksakan hierarki pada peradaban manusia atau untuk memaksakan sejarah, budaya, dan sistem sosial seseorang kepada orang lain,” kta Xi menutup.