Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Upacara Ngaben Raja Bali
Suasana ngaben atau pelebon Raja Pemecutan XI Anak Agung Ngurah Manik Parasara di Kota Denpasar, Jumat (21/1/2022). (Foto: Denita BR Matondang/kumparan)

Warga Padati Upacara Ngaben Raja Pemecutan XI di Denpasar



Berita Baru, Jakarta – Masyarakat Bali sangat antusias mengikuti rangkaian upacara ngaben atau pelebon Raja Pemecutan XI Anak Agung Ngurah Manik Parasara di Kota Denpasar, Jumat (21/1).

Dikutip dari kumparan.com, warga terlihat mendatangi lokasi ngaben yang berada di Jalan Thamrin, Kota Denpasar. sejak pukul 09.00 WITA, dengan tetap mematuhi prokes. Sementara upacara pelebon dimulai pada pukul 12.00 WITA.

Sebelumnya, pada Kamis (20/1) malam, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan bahwa pihaknya telah memfasilitasi peserta ngaben untuk melakukan tes swab COVID-19 guna mencegah penularan.

Ia melarang peserta yang positif COVID-19 mengikuti rangkaian upacara ngaben. “Saya sudah perintah petugas melakukan swab antigen. Untuk yang ikut acara melakukan swab antigen, yang positif tak boleh ikut,” kata Koster usai jumpa pers di Rumah Jabatan Dinas Gubernur Bali.

Menurut Koster, rangkaian pelebon bukan masalah di tengah pandemi COVID-19, karena Bali memang beberapa kali telah melaksanakan upacara kematian. “Pelebon tidak ada yang salah. Kalau ada kasus (COVID-19) dilakukan tracing dan treatment. Kan sudah biasa ngaben,” ujarnya 

Upacara Ngaben/Pelebon

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) I Gusti Ngurah Sudiana menjelaskan, istilah pelebon merupakan upacara kematian yang dikhususkan bagi tokoh bangawasan atau orang yang disucikan dalam agama Hindu.

Pelaksanaan pelebon menggunakan bade tumpang sebelas. Bade tumpang sebelas adalah menara dengan tinggi 10 meter untuk mengusung mayat. Bade biasa digunakan untuk mengantarkan raja yang akrab disapa Cokorda Pemecutan ini dari rumah duka ke tempat penguburan.

“Prosesnya (ngaben warga biasa dan pelebon bagi bangsawan) sama hanya ada sarana yang berbeda. Misalnya pada pelebon pakai bade tumpang sebelas dan lain-lain. Kalau ngaben (warga) tanpa bade bisa pakai keranda,” kata Sudiana saat dihubungi, Jumat (21/1).

Rangkaian upacara ngaben tahun ini telah dimulai pada Minggu (2/1) lalu dan puncaknya pada Jumat (21/1) hari ini. Upacara juga diisi pengarakan ogoh-ogoh raksasa. Keluarga dan warga akan mengarak jenazah Cokorda Pemecutan ke area penguburan.

Selanjutnya, abunya akan dilarung ke laut di Kuta. “Di setra ada upacara pembakaran. Jadi tulangnya dibentuk seperti manusia berikut abunya. Abu kepala diletakkan di kepala, abu kaki di bagian kaki. Baru diarak lagi di bawa ke laut,” tutur Sudiana.

Dalam keterangannya, Cokorda Pemecutan meninggal dunia pada usia 76 tahun di rumahnya pada Rabu (22/12) lalu. Ia sempat dirawat di RSUP Sanglah karena mengidap komplikasi penyakit jantung, diabetes, dan asam urat.

Cokorda Pemecutan dikenal sebagai tokoh pluralis dan toleran di Bali. “Intinya beliau tokoh teladan masyarakat. Aspiratif, menerima siapa saja dan selalu memberikan arahan dan semangat,” jelas Sudiana.