Diikuti Warga di 139 Negara, Demo Iklim Catatkan Rekor
Berita Baru, Internasional – Dari Indoesia hingga Amerika Serikat, warga di 139 negara turun ke jalan untuk ikut serta dalam demonstrasi perubahan iklim global. Digadang-gadang demo tersebut bakal jadi aksi masa paling besar sepanjang sejarah.
Ketika matahari terbit dari arah Pasifik, puluhan ribu anak di Australia langsung berkumpul di beberapa kota untuk mendesak agar pihak berwenang diseluruh dunia memperhatikan dampak perubahan iklim.
“Kami di sini untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang berkuasa, politikus, menunjukkan kepada mereka bahwa kami peduli dan ini sangat penting bagi kami,” ujar seorang siswa, Will Connor, saat ditemui AFP di sela aksi di Sydney.
Menutup pernyatannya, Connor kemudian berkata, “Jika tidak, kami tidak akan punya masa depan.”
Tak hanya siswa, orang dewasa termasuk anggota parlemen juga turut serta dalam aksi ini. Seorang anggota parlemen di Melbourne, Adam Bandt, memamerkan momen ketika ia ambil andil dalam demo itu.
“Ini BESAAAR, Melbourne! Pembawa acara baru saja mengatakan peserta mencapai 100 ribu orang!” kata Bandt melalui Twitter.
Australia sendiri merupakan salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia. Industri tersebut pun membuka banyak lapangan kerja baru di Negeri Kanguru.
Namun, perkembangan industri tersebut juga membawa dampak negatif, terutama terkait perubahan iklim. Dalam beberapa tahun belakangan, Australia dilanda kekeringan dan banjir besar-besaran.
Sementara itu, perubahan iklim juga menjadi isu serius di negara-negara Pasifik, seperti Vanuatu, Solomon, dan Kiribati. Pulau-pulau kecil tersebut terancam tenggelam jika tak ada upaya meredam dampak perubahan iklim.
Di belahan dunia lain, para siswa dan warga lainnya juga bakal menghelat gerakan serupa, termasuk di Indonesia. Di ibu kota, aksi dimulai dari titik temu di Balai Kota Jakarta.
Secara keseluruhan, lebih dari 5.000 aksi demonstrasi akan dihelat pada hari ini. Gerakan terbesar diprediksi akan terjadi di New York, di mana satu juta siswa sudah diizinkan untuk mengikuti demonstrasi.
Momen ini merupakan Demonstrasi Perubahan Iklim besar-besaran ketiga yang diikuti berbagai negara di dunia. Gerakan besar-besaran ini pertama kali digagas oleh seorang anak Swedia yang masih berusia 16 tahun, Greta Thunberg.
Ia mulai menggelar “protes perubahan iklim” dengan bolos sekolah selama beberapa jam setiap Jumat.
Pada Mei lalu, sebanyak 1,4 juta anak-anak di seluruh dunia mengikuti jejak Thunberg sebagai bentuk solidaritas.
Pergerakan Thunberg kian besar, sampai-sampai ia diundang menjadi salah satu pembicara dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 23 September mendatang.
Sebelum hadir di konferensi akbar tersebut, Thunberg bertemu dengan sejumlah tokoh besar AS, termasuk mantan presiden Barack Obama.
Dalam pertemuan tersebut, Thunberg mengeluhkan pejabat AS yang tak berbuat banyak untuk menanggulangi perubahan iklim.
Thunberg juga menyayangkan keputusan pemerintahan Donald Trump untuk menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris, yang diikuti AS saat Obama menjabat.
Obama sendiri sudah mengecam keputusan Trump tersebut dengan menekankan bahwa pemerintahannya menekan perjanjian tersebut demi “melindungi dunia yang kita tinggalkan untuk anak-anak kita.”
Sumber : CNN