Wahid Foundation Dorong Peran Santriwati Atasi Persoalan Kebangsaan
Berita Baru, Jakarta – Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid menyampaikan bahwa santri sangat dibutuhkan perannya, terutama dalam mengatasi persoalan kebangsaan.
“Salah satu tantangan besar, misalnya, naiknya persoalan identitas. Baik itu identitas agama, identitas ras, identitas politik, dan lain sebagainya,” ujar Yeny di C-Talk spesial Hari Santri yang diselenggarakan Wahid Foundation, Sabtu (23/010).
Hadir sebagai Keynote Speaker, Yenny menyebut penguatan identitas menjadi pemicu lahirnya diskriminasi. Ia mencontohkan kasus rasial di Amerika.
“Misalnya banyak orang kulit hitam mendapat perlakuan diskriminatif di Amerika,” katanya.
Namun demikian, Yenny yakin diskriminasi tersebut dapat dihapus melalui ajaran agama yang inklusif.
“Mereka kemudian mengenal Islam yang pada dasarnya mengajarkan kesetaraan dan persamaan. Semua orang dianggap sama di mata Islam, yang membedakan hanya derajat ketakwaannya,” terangnya.
Selain itu, Yenny juga mengungkapkan alasan mengapa webinar peringatan Hari Santri kali ini mengangkat tema ‘The Power of Santriwati: Santriwati Berdaya, Indonesia Damai‘.
Menurutnya, sampai hari ini perempuan masih butuh difasilitasi. Masih banyak hambatan yang menghadang perempuan, baik dari sisi eksternal maupun internal.
“Dari sisi eksternal masih ada salah konsep tentang kodrat, bahwa perempuan kodratnya adalah di rumah tangga. Ada beban ganda, bahwa mengurus rumah tangga adalah urusan rumah tangga,” kata Yenny.
Sementara dari sisi internal, Yenny menambahkan, perempuan masih berpikir bahwa dirinya tidak bisa mencapai posisi tertentu.
Oleh karenanya, Yenny berharap hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Sehingga, perempuan atau santriwati secara khusus dapat terlibat aktif dalam mengatasi persoalan kebangsaan.
Hadir sebagai narasumber dalam diskusi Agustina Untari (Anggota Kepolisian Republik Indonesia/Alumni PP Gontor) dan Farihatul Qamariyah (Co-Founder & CEO @hellobcr/Pengurus Pontren Al-Qomar Mempawah Kalimantan Barat).
Hadir juga dua orang testimoni, Aminatussadiyah Sadiyah seorang santri perempuan dari Papua dan Cut Rahma Rizki seorang santri perempuan dari Aceh yang juga Pegiat Astronomi Islam.
Webinar ini dimoderatori oleh Neng Lia Presenter TV9 dan dihadiri kurang lebih 100-an peserta dari berbagai komunitas, lembaga, dan pesantren di Indonesia.