Upaya Pemakzulan, Ribuan Demonstran Kepung Kediaman Benjamin Netanyahu
Berita Baru, Internasional – Ribuan demonstran mengepung rumah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuntutnya untuk mundur dari pemerintahan, dilansir dari The Guardian, Senin (3/8).
Aksi tersebut dilakukan pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari di Yerusalem, di kediaman Benjamin Netanyahu (70), juga di rumah pantainya di Israel tengah, dekat Tel Aviv, dan di sepanjang jalan persimpangan di Israel.
Sepanjang musim panas, masyarakat dilanda kemarahan karena kegagalan pemerintah dalam menangani pandemi virus Corona dan dugaan korupsi oleh Bnejamin Netanyahu. Hal inilah yang melatarbelakangi upaya penggulingan terhadap Benjamin Netanyahu.
Polisi Israel dianggap telah menggunakan kekuatan berlebihan dalam menghadapi ledakan aksi ini dengan adanya penghancuran terhadap tenda, menyeret puluhan orang ke dalam penahanan dan menggunakan meriam air untuk membubarkan kerumunan.
Salah seorang juru bicara kepolisian mengatakan, 12 orang telah ditangkap karena dianggap menyebabkan gangguan publik.
Saat rapat kabinet pada hari Minggu (2/8), Netanyahu mengatakan tudingan yang mengarah kepadanya merupakan opini media sepihak sehingga muncul gerakan penggulingan terhadap kekuasaanya.
“Demonstrasi ini dipicu oleh mobilisasi media, yang tidak saya ingat sebelumnya,” katanya kepada para menteri. “Mereka didorong, diizinkan melumpuhkan lingkungan dan memblokir jalan, sangat kontras dengan segala sesuatu yang diterima di masa lalu.”
“Mereka tidak melaporkan demonstrasi – mereka berpartisipasi di dalamnya. Mereka menambah bahan bakar,” tambhanya.
Kemudian pada hari Minggu, pengadilan Yerusalem meminta kepada putra perdana menteri, Yair (28) untuk menghapus tweet yang memuat nama, alamat, dan nomor telepon pengunjuk rasa dan menyerukannya untuk berdemonstrasi di luar rumah mereka.
Pengadilan juga mengatakan bahwa Yair dia harus menahan diri agar tidak melecehkan para demonstran – beberapa di antaranya mengatakan bahwa mereka telah menerima panggilan panggilan dan ancaman.
“Ternyata dalam demokrasi kita, kau tidak diizinkan memprotes di luar rumah kaum anarkis yang telah menyerukan pembunuhan perdana menteri,” tweet Yair setelah putusan itu.
Berdasarkan laporan media Ibrani, sebanyak kurang lebih 10.000 orang hadir dalam aksi yang digelar di Yerusalem tengah pada Sabtu malam.
Ribuan orang berbaris di jalan-jalan, mengibarkan bendera Israel dan meniup tanduk terompet. Sementara yang lain memegang spanduk yang bertuliskan “menteri kriminal masuk penjara”.
Gerakan Bendera Hitam setempat, yang telah mempelopori dorongan bagi Netanyahu untuk mengundurkan diri dan mengadakan protes selama berbulan-bulan, menyebut pertemuan itu sebagai “peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Demonstrasi ini adalah yang terbesar sejak 2011, yang menuntut “keadilan sosial” memprotes tingginya biaya hidup negara.
Saat ini, Netanyahu sedang menghadapi persidangan atas tuduhan korupsi yang terus ia tampik, juga tuduhan perebutan kekuasaan yang tidak demokratis. Protes memperoleh dukungan yang lebih luas setelah lonjakan kasus infeksi coronavirus yang mengakibatkan jumlah pengangguran melonjak hingga 21%, sehingga kemarahan publik terfokus pada respons pemerintah terhadap pandemi.
Israel memberlakukan penguncian pada bulan Maret dan kegitan ekonomi dibuka kembali pada bulan Mei. Para pejabat kesehatan mengatakan langkah ini terlalu terburu-buru. Alhasil, negara berpenduduk 9 juta orang ini telah melaporkan lebih dari 70.000 kasus virus Corona.
Frustrasi publik kian meningkat setelah bulan lalu pemerintah mengumumkan bahwa penguncian kembali diberlakukan, termasuk menutup ruang olahraga, melarang makan malam di restoran dan penutupan akhir pekan yang ketat.
Netanyahu memutuskan untuk memberikan bantuan tunai kepada semua warga Israel, tetapi kebijakan itu dikritik tidak praktis. Seorang kolumnis Israel mengkritik gagasan itu dengan mengatakan “membagikan suap kepada massa”.