Unik! Warga Sumenep Basah-basahan Gelar Upacara HUT ke-78 RI di Sungai
Berita Baru, Sumenep – Beragam ekspresi unik ditunjukkan masyarakat dalam menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia (HUT ke-78 RI) di seluruh penjuru tanah air.
Sebagaimana yang dilakukan Warga Desa Pabian, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Dengan penuh kemerihan mereka melaksanakan upacara bendera HUT ke-78 RI di Sungai Marengan.
Berjalan Khidmat, warga pun harus rela berbasah-basahan untuk mengikuti upacara di sungai dengan ketinggian air sekitar 50 cm (sekitar se-paha orang dewasa).
Kepala Desa Pabian, Zulfikar Ali Mustakim menyebut upacara peringatan HUT RI di dalam sungai sudah berlangsung sejak 2018. Bahkan Warga memintanya untuk mentradisikan kegiatan ini setiap tahun.
“Upacara seperti ini sudah berlangsung sejak 2018. Warga meminta kami untuk mentradisikan kegiatan ini setiap tahun,” kata Kepala Desa Pabian, Zulfikar Ali Mustakim di Sumenep.
Menurut Zulfikar, setiap menjelang Agustus, warga RT 04 RW 02 yang berada di bantaran Kali Marengan menemuinya meminta pelaksanaan upacara bendera memperingati Hari Kemerdekaan RI.
Warga berharap dirinya selaku kepala desa untuk menjadi inspektur upacara bendera sekaligus siap menyiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
“Biasanya dilakukan bersih-bersih di lokasi (sungai) yang akan menjadi tempat upacara. Semacam sterilisasi agar tak ada barang atau benda berbahaya, karena kami tidak pakai alas kaki ketika upacara,” kata Zulfikar.
Zulfikar mengaku tak bisa menolak permintaan sebagian warganya itu sekaligus bentuk penghormatan kepada para pejuang dan pahlawan yang merebut kemerdekaan RI.
Seluruh tahapan kegiatan dalam upacara bendera tersebut, lanjutnya, mulai pengibaran bendera Merah Putih hingga pembacaan teks proklamasi, dilakukan sepenuhnya di Sungai Marengan.
Kata Zulfikar, upacara di sungai juga untuk mengingatkan seluruh elemen masyarakat agar selalu menjaga kebersihan sungai dan lingkungan sekitar.
“Kalau versi warga kami, dulu merebut kemerdekaan butuh perjuangan dan pengorbanan tak terhingga. Tak hanya benda, akan tetapi juga nyawa. Masak hanya upacara di sungai (berbasah-basahan), tidak bisa?” sebutnya.