Tradisi Neres: Ritual Suci Perempuan Adat Ciusul untuk Keberkahan dan Pelestarian Budaya
Berita Baru, Jakarta – Puluhan perempuan dari komunitas adat Ciusul tampak berjalan menuju Sungai Cimadur di sisi utara Kampung Ciusul, Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, untuk melaksanakan ritual Neres sebagai bagian dari upacara Seren Taun.
Neres, sebuah tradisi turun-temurun, merupakan ritual pembersihan diri bagi perempuan sebelum mereka memasak makanan yang akan dihidangkan dalam acara tersebut.
Dikutip dari laman resmi Aliansi Masyarakat Adat pada Minggu (3/11/2024), Sukamdi Jaya Rukmana, tokoh masyarakat adat Kampung Ciusul, menjelaskan bahwa ritual Neres memiliki makna mendalam. “Sebelum memasak makanan, perempuan yang bertugas harus melakukan ritual Neres agar mereka dalam keadaan bersih,” ujar Sukamdi di sela-sela pelaksanaan ritual di Sungai Cimadur. Ritual ini bukan hanya sekadar membersihkan tubuh, tetapi juga sebagai simbol pembersihan jiwa.
Menurut Sukamdi, Neres mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kepedulian. “Tradisi ini mengajarkan kita untuk bersih secara fisik dan niat, serta menerapkan nilai silih asah, silih asih, silih asuh dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya. Kebersihan tidak hanya diwujudkan pada diri sendiri, tetapi juga pada perkakas yang digunakan untuk memasak, demi menghasilkan makanan yang sehat dan berkualitas.
Dalam acara Seren Taun, makanan yang dihasilkan dari tangan perempuan yang telah melakukan Neres akan dibagikan kepada seluruh masyarakat sekitar dalam acara Ngariung Gede, sebuah tradisi makan bersama. Sukamdi menekankan pentingnya kebersihan saat memasak. “Untuk mendapatkan makanan yang baik, kita harus memulainya dengan kebersihan diri. Jika orang yang menyajikan makanan tidak bersih, maka hasilnya juga tidak akan baik,” jelasnya.
Melestarikan Tradisi di Tengah Perubahan Zaman
Sayangnya, tradisi Neres mulai terkikis seiring perkembangan zaman. Di tengah arus modernisasi, tradisi ini kini hanya dilakukan oleh masyarakat adat Ciusul di wilayah Kasepuhan Citorek. “Kami sebagai generasi muda harus terus menjaga dan melestarikan tradisi ini agar tidak punah,” kata Sukamdi. Menurutnya, tantangan terbesar dalam menjaga warisan budaya adalah kemajuan teknologi yang membuat generasi muda lebih tertarik pada hal-hal modern dibanding melestarikan budaya leluhur.
Sukamdi berharap generasi muda dapat memahami pentingnya menjaga tradisi ini. “Kita harus tahu dari mana asal kita dan siapa kita sebenarnya, tanpa harus mengabaikan kemajuan zaman,” ujarnya dengan penuh harap.
Keberkahan dan Harapan dari Ritual Neres
Neres juga dipercaya oleh masyarakat adat sebagai cara untuk menghilangkan penyakit dan malapetaka, seperti wabah penyakit dan gagal panen. Selain itu, Neres adalah wujud syukur atas hasil panen yang melimpah. Namun, tidak semua perempuan boleh mengikuti ritual ini. “Perempuan yang sedang haid tidak diperbolehkan ikut dalam ritual Neres,” jelas Sukamdi.
Sementara itu, Rukiah, seorang anggota masyarakat adat Ciusul, mengaku sering mengikuti ritual Neres. Ia berharap ritual ini membawa berkah bagi hasil pertanian dan menjauhkan masyarakat dari penyakit. “Melalui Neres, kami bukan hanya membersihkan diri secara fisik, tetapi juga membersihkan hati dari sifat-sifat buruk,” ungkap Rukiah.
Dengan mengikuti ritual ini, perempuan adat Ciusul menjaga keseimbangan antara diri mereka, alam, dan Sang Pencipta, sembari melestarikan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.