Tahun 2020 ini Termasuk Salah Satu Tahun dengan Suhu Terpanas
Berita Baru , Swiss – Karena krisis iklim yang terus berlanjut, tahun 2020 akan menjadi salah satu tahun dengan suhu terpanas dalam catatan bumi. Ditunjukan dengan suhu global lebih dari 2 ° Farenheit (1.5°C) diatas garis batas dasar.
Dilansir dari Dailymail.co.uk , Menurut Organisasi Meteoriolgi Dunia, tahun ini ditetapkan menjadi salah satu rekor terpanas, dengan suhu lebih dari 2 ° F di atas tingkat era pra-industri.
Organisasi PBB yang berbasis di Jenewa – Swiss menyebutnya tahun ini sebagai tahun luar biasa lainnya’ untuk iklim dengan banjir, gelombang panas, badai dan kebakaran hutan yang mengancam kehidupan manusia luas.
Para ahli Organisasi Meteorologi Dunia menerbitkan analisis mereka pada kondisi Januari-Oktober dalam laporan sementara tentang keadaan iklim global.
Meski penilaian masih bisa berubah setelah angka setahun penuh, 2020 tampaknya akan menjadi rekor terpanas kedua, setelah tahun 2016.
Tahun 2016 lalu terjadi peristiwa El Niño yang kuat, pola iklim samudra Pasifik yang menaikkan suhu global, ini menjadi di atas dampak umat manusia terhadap iklim.
Sementara dunia saat ini sedang mengalami momen La Niña, di mana suhu global mendingin. Namun hal ini belum cukup untuk menghentikan panas tahun ini, kata sekretaris jenderal Organisasi Meteorologi Dunia Petteri Taalas, pada Rabu (2/12).
“ Terlepas dari kondisi La Niña saat ini, tahun ini telah menunjukkan rekor suhu panas mendekati rekor sebelumnya tahun 2016, ” tambahnya.
Dekade terakhir telah menjadi yang terpanas dalam catatan suhu kami, yang dimulai pada tahun 1850. Enam tahun terpanas dalam catatan semuanya terjadi sejak 2015.
Para ahli berpendapat bahwa ada satu dari lima kemungkinan suhu global akan melebihi 34,7 ° F (1,5 ° C) untuk sementara waktu di atas tingkat pra-industri pada tahun 2024.
Di bawah perjanjian iklim global di Paris, negara-negara berkomitmen untuk mencoba mengekang kenaikan suhu global di bawah ambang batas ini, jadi di luar itu dampak terburuk perubahan iklim akan terasa.
Status laporan iklim yang diambil dari informasi dari organisasi meteorologi nasional, badan PBB dan pusat iklim regional dan global telah merinci dampak yang sudah terlihat.
Panas di lautan mencapai rekor tertinggi, dengan 80 persen lautan di dunia mengalami gelombang panas pada suatu waktu pada tahun 2020. Ini justru menghantam satwa liar dan habitat yang sudah terpengaruh oleh peningkatan keasaman karena kelebihan karbon dioksida larut ke dalam air.
Sementara itu, es terus mencair, terutama di kutub. Ini terjadi saat permukaan laut naik sedangkan cuaca ekstrem bermanifestasi sebagai kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan.
Wilayah arktik Siberia lebih panas 41 ° F (5 ° C) dari biasanya tahun ini, sementara gelombang panas menyebabkan rekor suhu terpanas baru di Australia, Karibia, dan sebagian Timur Tengah.
Banjir mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, sementara kekeringan melanda Amerika Selatan dan AS, di mana kondisi kemarau yang meluas dan panas yang ekstrim memicu kebakaran terbesar yang pernah tercatat di negara itu pada akhir musim panas dan musim gugur.
Ada dua kali lipat jumlah rata-rata siklus tropis di Atlantik Utara dan 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat banjir dan badai pada paruh pertama tahun ini. Ini terjadi kebanyakan di Asia Selatan dan Tenggara serta Tanduk Afrika.
Pandemi covid-19 telah mempersulit evakuasi dan upaya bantuan, dengan laporan tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 50 juta orang telah dilanda dua kali tahun ini, pertama oleh bencana terkait iklim seperti banjir dan kekeringan, dan kemudian oleh pandemi virus.
Para ahli juga menyoroti peringatan Dana Moneter Internasional bahwa resesi global akan membuat sulit untuk memberlakukan kebijakan yang diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, namun hal ini juga menghadirkan peluang untuk jalur ekonomi yang lebih hijau.
“ Kami menyambut baik semua komitmen baru-baru ini oleh pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca karena saat ini kami tidak berada di jalur yang benar dan diperlukan lebih banyak upaya,” kata Profesor Taalas.
“ Pembaruan tahunan tentang kesehatan planet yang memburuk ini selalu membuat wacana yang kelam. tahun ini adalah peringatan yang merah untuk manusia. Panas yang melonjak, kekeringan yang meningkat dan kebakaran hutan yang merajalela semuanya berbicara tentang dampak akut perubahan iklim pada tahun 2020.” komentar pakar pengelolaan karbon Dave Reay dari University of Edinburgh.
“ Mereka juga memperingatkan tentang kerusakan kronis, berupa penyerap karbon global, di lautan, pepohonan, dan tanah di seluruh dunia yang sedang berlangsung. Apabila manusia membuang lebih banyak emisi dan pemanasan, hal itu akan merenggut tujuan Iklim Paris dari genggaman kita selamanya,” tambah Dave
“Tahun depan akan ditentukan oleh pemulihan kita dari pandemi Covid-19, abad-abad mendatang akan ditentukan oleh seberapa hijau pemulihan itu sebenarnya.”