Swedia Berpotensi Hadapi Situasi Energi yang Lebih Buruk Lagi
Berita Baru, Internasional – Seorang pakar dari Badan Energi Swedia (Swedish Energy Agency) telah memperingatkan bahwa Swedia mungkin akan menghadapi situasi energi yang lebih buruk lagi dari saat ini pada musim dingin berikutnya.
“Masyarakat Swedia, yang saat ini harus menghadapi harga energi yang sangat tinggi, harus bersiap menyambut harga energi yang bahkan lebih tinggi lagi pada musim dingin berikutnya,” lapor harian Dagens Nyheter (DN) yang mengutip pernyataan Anders Wallinder, kepala keamanan pasokan di badan energi tersebuttersebut, sebagaimana dilansir dari Xinhua News, Senin (28/11/22).
Akibat konflik antara Rusia dan Ukraina, Eropa kini berupaya meminimalkan ketergantungan energinya terhadap Rusia. Sebelum konflik meletus, 40 persen gas alam yang dikonsumsi di Eropa diimpor dari Rusia.
Alhasil, sebelum musim dingin tahun 2023/2024, Eropa akan bergantung pada pengiriman gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dari Amerika Serikat dan Timur Tengah.
Harian DN menguraikan bahwa selain harganya yang jauh lebih mahal dibanding gas alam, terdapat pula sejumlah tantangan praktis, seperti fakta bahwa sistem yang digunakan saat ini sebagian besar didasarkan pada impor dari timur, yang akan harus digantikan oleh terminal-terminal pengiriman dari arah sebaliknya.
“Masalah ini akan diatasi, namun tidak dengan mudah,” kata Wallinder.
Menurut Badan Energi Swedia, tidak seperti banyak negara Eropa lainnya, ketergantungan Swedia terhadap gas alam terhitung sangat kecil. Gas alam hanya menyumbang 3 persen dari total energi yang digunakan oleh negara itu.
Kendati demikian, laporan tersebut mengatakan, dengan jaringan energi yang terhubung dengan seluruh Eropa, Swedia, terutama wilayah selatannya, turut terdampak oleh tingginya harga energi.