Sudan Semakin Terpuruk, PM Hamdok Mau Mengundurkan Diri
Berita Baru, Khartoum – Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok mengatakan dirinya akan mengundurkan diri dalam waktu dekat di tengah krisis politik di Sudan yang berujung pada kekerasan hingga meregang puluhan nyawa.
Hal itu disampaikan oleh dua sumber yang dekat dengan Hamdok kepada Reuters dengan syarat anonim, menyebutkan bahwa PM Hamdok mengatakan hal tersebut kepada sekelompok tokoh politik dan intelektual nasional.
PM Hamdok sendiri baru saja dipulihkan jabatannya pada tanggal 21 November, setelah sebelumnya ia dikudeta oleh kekuatan militer Sudan pimpinan Abdel Fattah Al Burha.
Pemulihan PM Hamdok bulan lalu pun mengakhiri kemitraan transisi dengan partai politik dengan beberapa syarat dan perjanjian antara Abdel Fattah dan Hamdok.
Sumber dari Reuters juga menyebutkan bahwa beberapa kekuatan politik yang mengambil bagian dalam penyusunan perjanjian ‘damai’ tersebut kini tengah menghadapi kritik luas dari partai dan masyarakat hingga masyarakat internasional.
Salah satu kritik yang paling kuat adalah tentang bagaimana militer dan Hamdok berupaya untuk mengambil banyak keuntungan selama masa transisi.
Pada hari Sabtu (18/12), ratusan ribu orang berbaris di istana kepresidenan menolak baik pemerintahan militer dan keputusan Hamdok untuk kembali. Aksi itu menewaskan 2 orang.
Menurut laporan Reuters, sekitar 47 orang tewas dalam tindakan keras terhadap protes terhadap pemerintahan militer Sudan.
Kemudian pada Selasa (21/12), Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa pihaknya menerima laporan pemerkosaan atau pemerkosaan berkelompok terhadap 13 wanita dan seorang anak perempuan.
Sumber tersebut juga mengatakan Hamdok hanya akan tetap menjabat sebagai PM jika ia memiliki dukungan politik dan jika perjanjian dengan militer itu ditegakkan.
Ia meminta militer untuk membebaskan tahanan politik, melindungi kebebasan berekspresi dan mengizinkan Hamdok untuk secara independen menunjuk kabinet baru.
Dalam sebuah pernyataan selama akhir pekan, Hamdok mengatakan Sudan sedang menuju “jurang” dan menyalahkan ketegaran politik dan kurangnya konsensus pada kesepakatan politik baru.
Namun, menutur sumber tersebut, kelompok pendukung Hamdok meminta agar ia tetap di posisinya sebagai perdana menteri, namun bersikeras ia akan pergi.