Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Butuh Stimulus
Berita Baru, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan kondisi perkonomian Indonesia tahun 2020 dalam acara CNBC Indonesia Economic Otlook 2020, Rabu (26/2).
Menurutnya, pada tahun 2020 virus corona telah menimbulkan dinamika yang cukup cepat dan mendorong peningkatan risiko perekonomian 2020.
Sri Mulyani menyebutkan bahwa China merupakan negara terbesar dalam perekonomian dunia. Ukuran ekonomi China diatas USD 13 triliun. Sehingga jika China mengalami pelemahan ekonomi akibat corona, maka akan berpengaruh ke seluruh dunia.
“Jika ekonomi China turun ke 1 persen maka perekonomian Indonesia akan terpengaruh sebesar sebesar 0,3 – 0,6 persen. Hal ini ditambah lagi dengan serangan virus Corona terkini yang menyerang Italia dan juga Korea Selatan sehingga pengaruhnya menjadi terus melebar,” ujar Sri Mulyani.
Oleh sebab itu, menurut Sri Mulyani pemerintah merasakan perlu stimulus ekonomi yang dapat menggerakkan perkonomian Indonesia di awal tahun 2020 ini.
“Sektor pertama yang menjadi perhatian adalah pariwisata. Turis China yang datang ke Indonesia jumlahnya kurang lebih dua juta wisatawan. Sebagai kompensasi, pemerintah akan memberikan insentif bagi penerbangan dan agen perjalananan yang dapat mendatangkan wisatawan manca negara ke Indonesia. Pemerintah akan memberikan tambahan anggaran Rp298,5 miliar untuk insentif ini,” katanya.
Sedangkan untuk wisatawan dalam negeri, akan diberikan diskon tiket penerbangan sebesar 30 persen dari 25 persen seat penerbangan menuju 10 derah wisata yang terdampak penurunan wisatawan.
Selain itu, menurutnya pemerintah juga membebaskan pajak hotel dan restoran di 10 daerah wisata yang terdiri dari 33 kabupaten dan kota selama enam bulan oleh pemerintah daerah.
Untuk stimulus fiskal, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan memberikan kartu sembako untuk melindungi daya beli masyarakat miskin. Juga akan mempercepat implementasi kartu Pra-Kerja, dan adanya subsidi untuk perumahan rakyat melalui skema subsidi silisih bunga (SSB).
“Itulah salah satu fungsi APBN, sebagai alat untuk stabilisasi dimana saat terjadi kelesuan ekonomi, pemerintah memberikan stimulus agar roda perekonomian terus bergerak,” pungkasnya.