Serangan Bersenjata di Rumah Sakit Afghanistan, AS Tuding ISIS
Berita Baru, Internasional – Sebuah serangan mengerikan di salah satu rumah sakit Afghanistan minggu ini menewakan dua bayi yang baru lahir. Amerika Serikat pada hari Kamis (14/5), menudiang gerilyawan Negara Islam (bukan Taliban) terlibat dalam insiden ini dan menyerukan kepada Afghanistan agar melakukan upaya perdamaian dengan pemberontakan di Taliban.
Seperti dilansir dari Reuters, Jumat (15/5), belum jelas apakah upaya intervensi AS tersebut cukup dapat meningkatkan upaya perdamaian dan membalikkan keputusan pemerintah Kabul untuk melanjutkan operasi ofensif terhadap Taliban.
Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, memerintahkan militer Kabul pada Selasa mendatang untuk beralih ke “mode ofensif” terhadap Taliban setelah terjadinya serangan tersebut dan pemboman bunuh diri di provinsi Nangarhar yang menewaskan puluhan orang.
Perwakilan Khusus AS Zalmay Khalilzad dalam sebuah pernyataan secara terang-terangan menyalahkan Negara Islam (ISIS) atas kedua serangan itu. Melalui twitter, dia mengatakan bahwa kelompok itu menentang perjanjian perdamaian Taliban dan berusaha memicu perang sektarian gaya Irak di Afghanistan.
“Daripada jatuh ke dalam perangkap ISIS dan menunda perdamaian atau menciptakan ancaman, rakyat Afghanistan harus bersatu untuk menghancurkan ancaman ini dan mengejar peluang perdamaian bersejarah,” kata Khalilzad.
“Tidak ada lagi alasan. Orang Afghanistan, dan dunia, layak mendapatkan yang lebih baik,” tandasnya.
Menurut SITE Intelligence Group, afiliasi kelompok militan Negara Islam menyatakan bertanggung jawab atas pemboman Nangarhar, namun menampik penyerangan yang terjadi rumah sakit.
Taliban membantah terlibat dalam serangan-serangan itu, tetapi pemerintah terus menuduh kelompok itu sebagai dalang terjadinya terorisme yang tumbuh subur bersama kelompok-kelompok militan lain.
Kesepakatan 29 Februari antara AS-Taliban menyerukan penarikan pasukan AS secara bertahap sebagaimana pemerintah Afghanistan dan Taliban harus untuk membebaskan beberapa tahanan pada 10 Maret, ketika pembicaraan damai akan dimulai.
Keputusan Ghani untuk menghidupkan kembali operasi ofensif didukung oleh banyak tokoh oposisi, yang percaya mempercayai bahwa satu-satunya fokus Washington adalah menjaga rencana penarikan pasukan AS di jalurnya untuk membantu Trump memenangkan masa jabatan kedua dalam pemilihan presiden 3 November di AS.