Semua Manusia Memiliki Masa Depan Bersama ”Common Destiny”
Semua Manusia Memiliki
Masa Depan Bersama ”Common Destiny”
Kepala,
China Unit CSIS Indonesia
Sebuah komunitas yang memiliki masa depan bersama ”common destiny” adalah konsep filosofis yang dinyatakan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang disampaikan dalam berbagai pidato resminya. Konsep komunitas dengan masa depan bersama ”common destiny” adalah ide yang dilatarbelakangi oleh nilai filsafat Tiongkok kuno yang dapat diterapkan sebagai prinsip dasar dalam memikirkan tantangan kompleks yang dihadapi umat manusia. Konsep ini merupakan sebuah kontribusi yang sangat signifikan, yang berisi beberapa kebijaksanaan dalam memikirkan masa depan peradaban manusia.
Pertentangan antara manusia dan alam sebenarnya sudah dimulai sejak manusia dilahirkan, tetapi tingkatannya telah berubah. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang menjadi lebih modern, kemampuan manusia dalam hal mengintervensi alam juga telah berkembang pesat. Pertentangan antara umat manusia dan alam menjadi makin intensif, sehingga merusak ekosistem lingkungan yang mengancam keamanan manusia dan mempengaruhi eksistensi dan kelangsungan hidup serta perkembangan semua mahluk yang ada di bumi.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan mendalamnya globalisasi ekonomi telah membentuk sebuah global village, yaitu sebuah komunitas yang memiliki masa depan bersama ”common destiny” di mana semua manusia bergantung satu sama lain. Dunia tempat kita tinggal ini pun dipenuhi dengan harapan dan tantangan. Dalam menghadapi masalah dan tantangan global di tengah keragaman perbedaan antar negara di dunia, manusia akan selalu menghadapi masalah dan konflik termasuk konflik bilateral antar negara. Namun, perlu diingat bahwa semua manusia, tinggal di bawah langit dan di atas bumi yang sama. Bumi ini adalah satu-satunya rumah yang dihuni manusia bersama-sama dengan mahluk hidup lainnya.
Salah satu tantangan bersama saat ini adalah wabah COVID-19. Wabah pandemic sejak awal tahun 2020 telah menyerang seluruh manusia, tidak mempedulikan latar belakangn ras, etnis, agama, dan perspektif politik. Setiap manusia memiliki kemungkinan yang sama untuk terinfeksi virus ini. COVID-19 telah menjadi sebuah pandemi yang berbahaya untuk semua manusia di dunia. Sebagai bagian utuh dari global village dan memiliki pengalaman berhasil dalam mengatasi wabah pandemic dalam waktu yang relative singkat, Tiongkok berkomitmen teguh membantu dan mendampingi sejumlah 82 negara[1] yang sedang berjuang keras mengatasi wabah pandemic, termasuk Indonesia.
Secara tegas komitmen untuk membantu itu disampaikan pada pertemuan puncak khusus para pemimpin G20 tentang mengatasi pandemic Covid-19. Presiden Tiongkok Xi Jinping mengeluarkan sebuah inisiatif untuk bekerjasama dan membantu negara-negara berkembang dan negara dengan sistem kesehatan masyarakat yang lemah, untuk meningkatkan kapasitas dalam upaya keras pencegahan dan pengendalian pandemi. Inisiatif untuk membantu negara-negara lain yang membutuhkan adalah pilihan yang diambil Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam upaya mewujudkan tatanan global village yang lebih harmonis. Memberi tangan untuk membantu siapapun yang sedang membutuhkan pertolongan sebenarnya bukan tanggung jawab, namun merupakan suatu pilihan sikap.
Saat ini, Tiongkok juga memperluas bantuan ke negara-negara yang terkena dampak pandemi, terutama dari empat aspek: Pertama, dalam hal bantuan antar pemerintah, pemerintah Tiongkok telah mengumumkan bantuan kepada 82 negara, WHO, dan Uni Afrika, termasuk alat rapid test kit, masker, pakaian pelindung (untuk team medis dan paramedic) dan lain-lain. Seperangkat bantuan ini telah dikirimkan ke negara penerima. Kedua, dalam hal kerja sama teknologi medis, Tiongkok telah berbagi dengan negara-negara di seluruh dunia tentang metode diagnosis dan rencana perawatan yang dilakukan Tiongkok, mengadakan konferensi video dengan para ahli medis dengan banyak negara dan WHO, dan mengirim kelompok ahli medis ke Iran, Irak dan Italia. Ketiga, dalam hal bantuan pemerintah daerah, pemerintah daerah yang relevan di Tiongkok telah menyumbangkan bahan-bahan ke kota-kota di Korea Selatan, Jepang, Italia dan negara-negara lain. Keempat, dalam hal bantuan pribadi, banyak perusahaan dan lembaga-lembaga swasta Tiongkok mulai memberikan sumbangan kepada negara-negara terdampak pandemi.
Inisiatif memberi bantuan baik yang bersifat material maupun saran untuk team medis telah diwujudkan dalam bentuk langkah dan tindakan nyata seperti pada akhir Februari 2020, sebuah tim ahli sukarelawan dari Palang Merah Tiongkok telah tiba di Teheran, ibukota Iran, dengan sejumlah test kit untuk mendukung pencegahan dan pengendalian pandemic Covid-19 di Iran. Sejak saat itu, Tiongkok telah mengirim beberapa tim ahli medis anti-pandemi ke Irak, Serbia, Kamboja, Pakistan, Laos, Venezuela dan negara-negara berkembang lainnya. Untuk Malaysia dan Indonesia, sejumlah peralatan medis telah dikirimkan pemerintah Tiongkok sebagai bentuk solidaritas negara tetangga. Selain itu, tim ahli medis berikut peralatan medis juga telah dikirim pemerintah Tiongkok untuk membantu team medis di sejumlah negara Eropa seperti Italia dan Inggris yang sedang berjuang keras mengatasi pandemic. Menurut data terbaru yang dikeluarkan oleh WHO ada 896.450 kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia, jumlah kematian mencapai 45.526, dan pandemic ini telah mempengaruhi 205 negara dan wilayah di seluruh dunia.[2] Pandemi Covid-19 ini memberi dampak di aspek politik, ekonomi dan social untuk negara dan wilayah yang mengalami pandemic virus ini.
Rekonsiliasi dan harmonisasi adalah dua metode yang dapat digunakan untuk memahami bagaimana seharusnya peradaban dunia yang maju dan bagaimana seharusnya manusia yang tinggal di bumi ini bersikap. Akar dari pertentangan antara manusia dengan alam terletak pada perang dan praktik hegemoni yang dilakukan oleh negara-negara maju yang tidak memperhatikan kerja sama dan win-win solution dalam berbagai aspek hubungan internasional. Setiap negara seharusnya memikirkan kerjasama yang saling menguntungkan demi menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, dimana manusia dan alam dapat saling hidup dalam sebuah harmoni. Sebagai sebuah pedoman dalam menjawab permasalahan antara manusia dan alam, permasalahan antar manusia, dan antar negara, gagasan Presiden Xi Jinping merupakan konsep filosofis yang signifikan.
Saling terhubungnya setiap manusia di dunia ini merupakan sebuah manifestasi dari apa yang disebut sebagai komunitas yang memiliki masa depan bersama ‘common destiny’. Konsep filosofis Presiden Xi Jinping ini mengingatkan bahwa semua mahluk hidup pada hakikatnya saling membutuhkan satu sama lain, dan tidak ada yang dapat hidup sendiri. Prinsip ‘common destiny’ merupakan antitesa dari hegemoni yang meletakkan dominasi kekuasaan sebagai argumentasi utama. Sehingga keberadaan seluruh manusia dan antar negara harus saling melengkapi satu sama lain melalui kerjasama yang saling menguntungkan, juga berbagi suka duka. Setiap dari kita, terutama para pemimpin negara dalam mengambil kebijakannya semestinya menjalankan prinsip kerjasama untuk membangun tatanan dunia yang lebih harmonis. Ide ini nampak sederhana, namun banyak konflik dan perang di level bilateral, regional dan multilateral terjadi karena mengabaikan nilai filosofis dasar “common destiny”.
Kita perlu memahami dan membangun sikap toleransi antar sesama manusia agar dapat menyelesaikan berbagai konflik yang ada secara bersama-sama, juga berbagi hasil atas kesuksesan dan perkembangan peradaban manusia. Hal ini karena semua manusia yang hidup di bumi memiliki masa depan bersama ”common destiny ‘. Setiap negara hendaknya perlu menguatkan komunikasi untuk saling belajar dalam mengambil langkah yang tepat dan efektif untuk mengatasi tantangan, termasuk pandemic COVID-19. Kesuksesan Tiongkok dalam mengatasi pandemic Covid-19 merupakan pengalaman yang pantas dijadikan inspirasi dan merupakan sumber pengetahuan bagi negara manapun yang terdampak untuk mampu secara efektif mengatasi pandemic Covid-19 .—
Artikel ini diterbitkan juga di | peoplesdaily.pdnews.cn guojiribao.com |
[1] 2020年3月20日外交部发言人耿爽主持例行记者会
Foreign Ministry Spokesperson Geng Shuang’s Regular Press Conference on March 20, 2020
[2] 中国持续援助发展中国家战疫
China Continues to Assist Developing Countries in War Epidemic