Sebab Pandemi
Mahasiswa Filsafat UIN Sunan Kalijaga. Bergiat di Lesehan Sasta Kutub Yogyakarta.
Sebab Pandemi
kami rindu: pagi tiba dan kami membuka mata dengan keadaan yang baik-baik saja. pasar-pasar riuh rendah tanpa ada kecemasan di sana. jalanan ramai, sekolahan terisi, kampus-kampus dan warung kopi dan tempat-tempat kerja dibuka kembali.
kami rindu: pedagang kaki lima bahagia menjajakan dagangannya yang sederhana, penjual koran di persimpangan jalan sumringah meski tak banyak hasil yang didapatnya, penjaga toko kelontong senyum kembali karena berdatangannya para pembeli.
kami rindu: tukang cukur membuka kiosnya, angkringan ramai pelanggannya, sopir angkot berjubel penumpangnya, terminal penuh lalu-lalang orang-orang, stasiun penuh orang-orang berduyun-duyun.
kami rindu: bercengkrama dengan jarak dekat, lekat, seperti tanpa sekat. menyapa orang asing tanpa ada curiga satu sama lain. bersin dengan merdeka, batuk yang tanpa ditahan dan ditunda.
kami rindu: keluar masuk di daerah orang. di berbagai tempat liburan. tak ada kata singkat, “dilarang masuk kecuali warga setempat”. jalan-jalan bebas dilalui siapa pun. tak ada keraguan ketika hendak pulang kampung.
06/05/29
Sebab Pandemi 2
di ruang yang jauh dari suara
manusia, kita termangu,
hanya termangu. menatap
jendela yang menyediakan
pemandangan kota-kota
membisu. tidak lagi riuh
dan tidak lagi jumawa.
tidak lagi angkuh
dan tidak lagi membara.
tapi di sini, atau di manapun,
sepi juga jadi pandemi,
di mana ia membikin
kita kerap berjarak,
dan membikin kita
ingin bertemu kembali.
meredam kesepian
yang panjang,
sekali lagi. [*]
06/05/20