Review Buku ‘Bukan Move On Biasa’: Upaya untuk Cermat Mengelola Patah Hati
Berita Baru, Buku – Move on berarti “pindah.” Umumnya, yang terbayang ketika mendengar istilah move on adalah upaya untuk berpindah dari kisah masa lalu menuju kebahagiaan yang baru. Kelihatannya mudah, tapi nggak juga. Gagal move on berpotensi membuat anak muda jadi terhambat untuk berbahagia, terkendala pula proses berkreasi dan pengembangan dirinya.
Lalu, bagaimana supaya move on-mu berhasil? Atau lebih tepatnya: bagaimana agar langkah-langkah move on yang kamu tempuh itu benar dan tepat? Psikolog Pingkan C Rumondor mencoba menjabarkannya melalui buku Bukan Move On Biasa. Kurang lebih, buku ini berisi cara mengelola rasa sedih akibat putus cinta dan menata hati untuk kisah yang baru.
Yang jelas, arahan move on ini bukan ditulis asal, melainkan langsung oleh ahlinya sehingga layak buat kamu pertimbangkan betul-betul. Pingkan juga aktif di situs setipe.com, pranikah.com, narasumber segmen “Cerita Lagu Cinta” bersama Iwa K di Delta FM, dan pernah mengisi di Indonesia Morning Show, NET TV. Jadi, sesuai judulnya, langkah-langkah move on di sini jelas tak biasa.
Tapi perlu kamu ingat, isi buku ini tidak dimaksudkan untuk membantumu balikan dengan mantan. Melainkan, untuk membimbingmu agar siap menyelami kesempatan, tantangan, dan cerita baru di depan sana. Yuk, simak review buku Bukan Move On Biasa berikut ini!
Mengenal Patah Hati
Sebagai pembuka di bukunya, Pingkan memintamu mengisi survei singkat untuk mengetahui sejauh mana kamu sudah melangkah dari masa lalu. Dari situ, kamu sendiri dapat menilai apa saja yang sudah kamu lakukan dan merenungkan kembali apakah itu cukup efektif?
Lanjut ke isi bukunya, Pingkan mengungkapkan bahwa selama lebih dari 15 tahun terakhir, isu mengenai relationship dissolution atau putus cinta kian dibicarakan dan ditelaah oleh para ahli dan peneliti. Topik ini menjadi diskusi serius karena, patah hati terbukti berpotensi mengakibatkan seseorang kehilangan kepercayaan pada pernikahan dan hubungan romantis sejenis. Performa kerja atau belajar mereka pun cenderung menurun. Ada pula orang patah hati yang berhenti berdoa, bahkan mengakhiri hidup.
Masa-masa move on bukan masa yang mudah. Terus-menerus dibanjiri air mata, mengais-kais sisa semangat untuk tetap bertahan, hingga mati-matian melemparkan diri pada pekerjaan atau pengalih perhatian lainnya. Apa saja asal mereka bisa melupakan masa lalu.
Nah, menurut Pingkan, perasaan sakit yang kita alami ketika otak kita memikirkan mantan sesungguhnya sama dengan rasa sakit pada fisik. Apa yang ada di dalam, mempengaruhi yang di luar. Soalnya nih, bagian otak yang aktif saat mengingat mantan itu sama dengan bagian yang aktif ketika mengalami sakit pada bagian fisik kita.
Berikutnya Pingkan menggarisbawahi, bahwa hal pertama yang perlu kamu lakukan saat patah hati adalah: menerima dan menjalaninya. Menerima bahwa, rasa sakit itu memang ada. Penerimaan atas rasa sakit ini adalah jalan menuju kesembuhan. Jika tidak mengakui rasa sakit itu, maka, kapan sembuhnya?
Agar upaya move on lebih terarah, Pingkan mengajakmu menilai tipe hubungan yang kamu jalani. Apakah kamu tipe orang yang secure, preoccupied, fearful, atau dismissing saat menjalani hubungan? Dengan mengetahui pada golongan mana kamu berlabuh, maka itu akan membantumu menganalisi apa yang perlu diubah dari dirimu ataupun pola pikirmu sebelum menjalin hubungan baru lagi.
Take Your Time itu Bukan Omong Kosong
Penjabaran Pingkan berikutnya masuk pada fase-fase kehilangan. Yap, kehilangan itu juga ada fasenya, lho! Mulai dari kesulitan menerima kenyataan sampai akhirnya perlahan bangkit dari kesedihan. Penting buat dipahami, bahwa move on yang ditawarkan pada buku ini bukanlah sekadar proses melupakan, melainkan disertai dengan mengikhlaskan.
Prosesnya pun tidak bisa diburu-buru. Pingkan bahkan menyusun sebuah indicator move on yang sehat. Yang jelas, menyibukkan diri dengan pekerjaan, memiliki pacar baru dalam waktu singkat setelah putus, terlalu sibuk hura-hura dengan teman, tanpa sempat merasakan kemarahan, kesedihan, takut, dan nestapa, bukanlah indikator move on yang sehat.
Maka, jangan terburu-buru. Nikmati benar kesedihanmu, menangis kalau perlu, dan bercerita ke orang terdekat jika dibutuhkan. Agar makin mantap melangkah, Pingkan menyebutkan langkah-langkah jangka pendek maupun jangka panjang yang perlu ditempuh supaya move on kita kaffah.
Kenapa Perlu Membaca Buku Ini?
Menurut saya, move on bukan hanya dibutuhkan untuk sembuh dari patah hati akibat pasangan. Tapi juga, patah hati karena gagal masuk universitas idaman, ditolak saat melamar pekerjaan, dan hal-hal pedih lainnya. Intinya, move atau beranjak dari masa sedih ke masa lebih bahagia.
Tulisan Pingkan bisa menjadi teman bagi kita untuk memahami dan mengelola rasa sedih itu. Semuanya dibahas secara ilmiah, disertai dengan kisah orang-orang yang berhasil move on. Setelah move on dan berniat menjalin hubungan lagi pun, perlu ada hal-hal yang perlu kamu perhatikan. Entah cara kita mempersiapkan diri sendiri, juga cara kita memilih pasangan, bahkan di mana mencarinya. Apa saja itu? Cek di bukunya, dong.
Tapi beneran, deh. Perasaan buruk, entah rasa hampa, kosong, lemas, sampai godaan untuk stalking mantan, itu semua dapat dijelaskan oleh Pingkan lewat teori psikologi dan efektif untuk membantu kita memahami bagaimana sebenarnya kondisimu saat ini. Ulasan-ulasan Pingkan bukan hanya relevan, tapi juga ditulis dengan bahasa yang mengajak pembaca untuk berpikir lebih jernih, tenang, positif, serta logis.
Selain itu, Bukan Move On Biasa juga dilengkapi perintilan seperti box Refleksi berisi pertanyaan singkat sebagai renungan, Good to Know, Tips, kisah-kisah pendukung, dan lain-lainnya. Jadi, membaca Bukan Move On Biasa serasa memakan hidangan dengan lauk-pauk beragam dan proporsional yang bikin perut kenyang tanpa kebablasan.
Jadi, sudah siap move on?