Repetisi Luka | Puisi-Puisi Khanafi
Mimpi
dari tidur ke tidur
aku bermimpi
dalam puisi
dari kota ke kota
aku bermimpi
jadi puisi
sampai waktu
menyempit
dalam gelap
sampai nasib
menghimpit
dalam kelam
2023
Buat S (Perempuan)
usia begitu singkat seperti kabut
tapi masih kupegang gemetar rumput
yang kausaut ketika kita berjalan
menyusuri ladang-ladang menuju senja
adakah hidup cuma perangkap asmara
yang menggiring kita ke tepi kali kecil
duduk melepas lembar demi lembar puisi
sambil memetik daun yang berjatuhan ke arus
sedang waktu terus mengalir ke muara
mencatat peristiwa yang mungkin terlupakan
seperti langit di barat mengaburkan warna
pada nganga luka-luka kita yang mengenangnya
2023
Mencatat Daun
puisi telah mencatat daun
sebelum gugur
jatuh ke tanah
menandai kita pisah
saat detik-detik jam
tajam menghunuskan pisau
dan angin menebasnya
ke arah batu-batu
2023
Di Bawah Kalender
lihatlah
hari-hari luka berserakan di lantai
angka-angka memberikan kita
musim pancaroba
tak ada lagi jendela
bagi kamar yang telah digusur
rumput-rumput telah ditinggalkan
guguran daun
padanglah dirimu dalam cermin
apakah hidup harus dipertahankan
atau kaubakar saja bekas-bekas
kenangan di penanggalan kusam
kemudian tanggalkan semua puisi
pada bait-bait api
sebelum belati mencabut jantungmu
dan kau mati dalam sepi
2023
Repetisi Luka
kau pungut lagi angka-angka dalam almanak itu
kau lempar lagi hatimu seperti sampah
ke tangan lelaki
masih kau kenang bau busuk percintaan
bangkai-bangkai rindu tak dipendam
membuatmu mual dan insomnia
mengajakmu mengenal obat-obatan
dan bahasa benda-benda tajam
cinta adalah racun ular kobra
yang menidurkan kesadaranmu
di kuburan kesepian
yang membuatmu hidup seperti hantu
bergentayangan dari perih ke perih
tak kunjung pudar seperti warna darah kental
kau pungut lagi hatimu yang kau buang
kau elus lagi dan kau lempar ke lelaki
gigi anjing mengerat jiwamu
yang sekarat selapis demi selapis
hingga tinggal rangka dan
tulang-tulangnya pun
masih dipermainkan anjing-anjing lain!
2023
Sore Di Kota Kesepian
gerimis turun di luar kamar
bahasa sedih yang giris, katamu
aku tak melupakanmu, tak pernah
juga pelukan pereda demam itu
kini mungkin kota hanya kesepian
dan tiap sore aku mengenangmu
di bawah kerinduan yang rimbun
tapi tetap asing selepas kau tak hadir
luka punya kita berdua, kataku
jika kau benar-benar pernah mencintaiku
dalam kehilangan kita tetap berlindung
di balik langit kenangan, meski murung
sambil mendengar angin bergesek
seolah bisikan puisi-puisi
yang diucapkan kau di kejauhan
aku mendengarnya, duh begitu dekat rasanya
2023
Sesekali
sesekali aku ingin memandangmu di mimpiku
lebih dekat dari kenangan pertemuan kita
yang sebentar
tak ada batas tak ada sekat moral
kita bebas memainkan tangan dan bibir
tanpa kata-kata
tak ada orang lain yang risih atau berselisih
tidak juga tuhan
meski hanya dalam mimpi
ingin kukubur jarak
dan kuyakini
bahwa kita tak pernah berpisah
2023
Khanafi, lahir di Banyumas, Jawa Tengah. Tulisan-tulisannya tersiar di media daring maupun cetak. Sehari-harinya bekerja sebagai editor lepas, penerjemah, perancang sampul buku, dan penjual buku-buku lawas. Sekarang tinggal bersama keluarga di Yogyakarta, dan tengah menyelesaikan novel pertamanya juga sedang mengulik satu buku terjemahan. Ia sesekali melukis untuk kebutuhan pesanan ataupun pameran pada suatu hari mendatang. Buku kumpulan puisinya yang telah terbit berjudul Akar Hening di Kota Kering (2021).