Rekor Suhu Tinggi Tercatat di Berbagai Negara Asia, Bangladesh 51,2 Derajat Celsius
Berita Baru, Jakarta – Gelombang panas melanda sejumlah negara di Asia, terutama di Asia Selatan, selama seminggu terakhir. Badan Meteorologi di Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand, dan Laos melaporkan peningkatan suhu hingga lebih dari 40 derajat Celcius selama beberapa hari terakhir. Beberapa negara bahkan mencatat rekor suhu tertinggi di wilayah mereka.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, otoritas China mencatat suhu tertinggi sepanjang sejarah pengamatan pada April ini. Pada Selasa lalu (18/4/2023), suhu di China mencapai 42,4 derajat Celcius, hanya selisih 0,3 derajat dari rekor suhu tertinggi selama sebulan terakhir.
Pakar klimatologi Maximiliano Herrera juga mencatat bahwa Jepang dan Korea Selatan mengalami “panas yang luar biasa” dengan suhu mencapai 30 derajat Celcius dalam beberapa hari terakhir.
Di Kumarkhali, Bangladesh, suhu maksimum harian tercatat sebesar 51,2 derajat Celcius pada 17 April.
Myanmar mencetak rekor suhu pada Senin (17/4/2023) dengan suhu mencapai 44 derajat Celcius di daerah Kalewa, Sagaing Tengah. Di India, Departemen Meteorologi melaporkan 48 stasiun cuaca mencatat suhu di atas 42 derajat Celcius pada Selasa (18/4/2023), dengan suhu tertinggi mencapai 44,2 derajat Celcius di negara bagian timur Odisha.
Sebanyak 13 orang di negara bagian Maharashtra, India, meninggal dunia karena sengatan panas saat menghadiri upacara penghargaan pada Minggu (16/4/2023).
Departemen Meteorologi Thailand melaporkan bahwa suhu di Negeri Gajah Putih mencapai 43 derajat Celcius sejak Sabtu (22/4/2023).
Di Indonesia, suhu maksimum harian tercatat sebesar 37,2 derajat Celcius di stasiun pengamatan BMKG di Ciputat pada pekan lalu.
Meskipun suhu di beberapa lokasi masih berada pada kisaran 34॰C-36॰C, BMKG mengungkapkan bahwa suhu panas pada bulan April di wilayah Asia ini secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari.
Namun, lonjakan suhu yang signifikan di wilayah Asia Selatan, Indochina, dan Asia Timur pada tahun 2023 ini diduga merupakan dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi. Para pakar iklim memperingatkan bahwa gelombang panas semacam ini berpotensi terjadi lebih sering di masa depan.