Puisi Persembahan untuk Mbayong
Puisi Persembahan untuk Mbayong
(Puisi: Ibna Asnawi)
Layang-layang Masa Kecil
Di ladang rumah
aku dan kakakku melihat
senja susup dikejar layang-layang
terus menyusuri kaki langit hingga tenggelam
senar yang diikat di pohon kelor
putus di angan
Ke dermaga senja kami berhambur
bergegas mengejar
surga masa kecil
digiring riuh kekanakan yang amat bahagia
Sepanjang jalan kami rajin mengikat harapan
meski diburu desak panggilan pulang
layang-layang utuh didapatkan
ke kampung halaman kembali terkibar
LK, 6 Oktober 2018
Puisi Persembahan untuk Mbayong
:Nisa Ayumida
Kau ingat panggilan itu, mbayong
sepasang kekasih yang ditumbuhi anggur di matanya
yang harumnya menebar hingga ke tamanmu
dahulu memanggilmu sayang
rekah tawamu dalam rayu riang
kali ini aku bertanya melalui puisi
laki-laki bertabur cahaya itu
perempuan berpipi rindu itu
kemana gelora cinta mereka hari ini
Aku sungguh takut kau kalah menghadapi ganas semesta, mbayong
lalu mengkhianati diri sendiri
maka di ulang tahunmu kali ini
selain catatan pelarung sepi
kuhadiahi engkau puisi
agar kelak mampus segala terjal penat
serta gelisahmu pada orang-orang belati
LK, 10 Oktober 2018
Sebelum Berangkat Mondok
Air di gelas di atas gentong
penuh hampir luap
Malam yang temaram
sepulang dari surau di dapur kesedihan
ibu masuk membawa cahaya
suluh menerangi wajahnya
ia berkata ke negeri kiai aku harus memulai kembara
mencari obat mujarab bagi penyakit laknat di jiwa
sambil mengusap-usap cemas di ubun
dan sesekali hujan lebat di matanya
Sementara dari celah-celah genting
rembulan mengintip bising kesunyian
yang sibuk mengerubungi tempurung kepala
lantas kuhitung tik-tik resah berdetik
nun jauh di lumbung hening kesedihanku
bulir nakal sungguh-sungguh kuning
Air di gelas di atas gentong
menguap luap…
LK, 15 Oktober 2018
Kembang Melati
Kuncup mekarlah di dada ibu, nak
aroma kelopakmu wangi kembang setaman
menguar hingga ke sini hati
kurawat kau dengan bismillah
suatu waktu ke taman pesantren tumbuhmu berkembang
tempat orang-orang berusaha menjadi semerbak
berlembut kepada yang tua
berkasih kepada yang muda
mengaji yasin dan surah kasih
membaca diri dan puisi
Maka harumlah selamanya, nak
agar angin yang bermain-main denganmu
terbang lagi menebar aroma kesturi ke hati ibu
LK, 15 Oktober 2018
Sungai Hati
Di muara jalan itu rindu dijunjung
ikan-ikan bernyanyi
berlagu tenteram di palung perasaan
dirimu di ambang paling jauh keraguan
tersenyum membawa raut keyakinan
Pada kecipak air selanjutnya
pelan-pelan dukaku menjelma lumut
hijau-tenang di lubuk hati
membias ke mata
hingga ke tawa
Oh, betapa hasratku riak
pada gedeburmu yang sayang
oh, sungguhlah hatiku arus
silir berkejaran
di wajahmu bermuara
LK, 17 Oktober 2018
Gadis itu
Tengah malam yang diam
di pojok kesunyian
damar menggantung menyaksikan
seorang muda diusik nestapa
sungai bening yang beriak
bersumber dari pejam matanya
mengalir-mengalur pasrah
begitu tabah
Waktu bergeming
ingin segera menghempas dingin
dan keadaan malam itu
doa yang berembus
menembus batas ruang
antara kefanaan dan keabadian
menghunjam dadanya
sebegitu pilu
Longos, 19 November 2018
Kini Rindu
Kak,
ladang di hadapan teras kini hijau
pohon mangga yang dulu kau panjat
memberi kenyang loly dan kimochy
generasi penerus encing
kucing kesayanganmu
Bilakah kau hendak pulang?
Kiranya cukup doa ini menemuimu
menempuh kejemuan jarak
selalu mengusir getir
saban khawatir memelintir
pikirku yang teramat gigil
Kak,
aku mengajakmu mencoba bosan pada mimpi
makhluk yang menghempasmu jauh
Membuat aku menjelma jenuh
resah menghapus peluh
LK, 1 Desember 2018
Kisah di Malam Hari
Aku sedang berhias
menabur bedak
(menindih sesak)
memakai gincu
(menghalau sendu)
Aku melihatmu di cermin
memandangiku penuh rindu
ingin memeluk
dan ingin memeluk!
seluruh aku
beserta seluruh cemburu
‘Malam ini
aku sangat cantik
tapi kau kalah pada rembulan
yang lebih dulu memelukku’
Banuaju Barat, 11 Desember 2018
Pulang ke Rumah
Kembali aku pulang
tas ransel di gendongan
menempuh jauh perjalanan
menyeberangi arus kejenuhan
‘Tenanglah
biarkan ransel menampung
denyar kenangmu yang nakal’
Rumah bersusun air mata
jagat gelisah menyambut-menyambat segala
‘Hujan datang
memungut resah
tumpah menggenangi pelupuk mata’
Longos, 11 Desember 2018
Ibna Asnawi, lahir di Sumenep, (07/11/2019). Pernah berguru kepada Allahummaghfirulahu, Drs. KH. Abdul Warits Ilyas di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Putri. Aktifitasnya kini, tiduran menemani ke-4 kucingnya di rumah.