Perbaiki Hubungan dengan Prancis, Australia Setuju Gelontorkan Rp 8 Triliun untuk Kesepakatan Kompensasi
Berita Baru, Sydney – Berniat perbaiki hubungan dengan Prancis, pada Sabtu (11/6), Australia mengumumkan kesepakatan kompensasi substansial dengan pembuat kapal selam Prancis Naval Group untuk mengakhiri perselisihan kontrak yang memperburuk hubungan antara Australia dan Prancis selama hampir satu tahun.
Hal itu diumumkan oleh Perdana Menteri Anthony Albanese, menambahkan bahwa perusahaan Prancis itu menyetujui “penyelesaian yang adil dan merata” sebesar 555 juta euro (Rp 8,1 triliyun, 1 euro = 14.614, 95 rupiah) untuk Australia yang dulu secara sepihak mengakhiri kontrak kapal selam bernilai miliaran dolar.
“Kami membangun kembali hubungan yang lebih baik antara Australia dan Prancis,” kata PM Albanese, setelah berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang penyelesaian tersebut, dikutip dari Reuters.
“Saya menantikan untuk menerima undangan Presiden Macron kepada saya untuk mengunjungi Paris pada kesempatan paling awal,” imbuhnya.
PM Albanese mengatakan dia akan melakukan perjalanan ke Prancis segera untuk “mengatur ulang” hubungan yang dilanda ketegangan “cukup jelas”.
Sementara itu, berbicara di sela-sela KTT keamanan Dialog Shangri-La di Singapura, Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu mengatakan Prancis menghargai “persahabatannya” dengan Australia.
“Hanya karena pemerintah di masa lalu tidak menepati janjinya, bukan berarti kita harus melupakan hubungan strategis kita,” kata Lecornu. “Australia memiliki tim baru yang berkuasa, kami senang dapat bekerja dengan mereka.”
“Ini memungkinkan kami untuk membalik halaman dalam hubungan bilateral kami dengan Australia dan melihat ke masa depan,” imbuh, dikutip dari Al Jazeera.
Perselisihan dimulai pada September 2021, ketika Perdana Menteri Australia saat itu Scott Morrison tiba-tiba memutuskan kontrak lama dengan Angkatan Laut yang didukung negara Prancis.
PM Scott Morrison juga mengejutkan Prancis dengan mengungkapkan pembicaraan rahasia untuk membeli kapal selam bertenaga nuklir AS atau Inggris, sebuah perubahan besar bagi sebuah negara dengan sedikit kemampuan nuklir domestik.
Keputusan itu memicu kemarahan dari Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang secara terbuka menuduh PM Morrison berbohong dan memanggil duta besarnya dari Australia sebagai protes.
Sejak itu, hubungan diplomatik Prancis dan Australia memburuk. Namun, pada Mei kemarin, saat Albanesse menjadi perdana menteri Australia baru, hubungan Prancis dan Australia membaik.
Sejak menjabat, PM Albanesse bergegas untuk memperbaiki hubungan yang tegang dengan negara-negara Prancis, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik, yang keberatan dengan langkah pemerintah konservatif sebelumnya yang menyeret perubahan iklim.
Kontrak kapal selam telah menjadi inti dari perlombaan Australia untuk mengembangkan kemampuan militernya, karena khawatir akan ancaman dari China yang lebih suka berperang di bawah Presiden Xi Jinping.
Pada gilirannya, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan di Singapura pada hari Sabtu bahwa Australia menginginkan hubungan “hangat” dengan semua negara di kawasan itu, menambahkan: “Ini termasuk China.”
“Australia menghargai hubungan yang produktif dengan China. China tidak akan kemana-mana. Dan kita semua harus hidup bersama dan, mudah-mudahan, makmur bersama,” katanya.
Marles, bagaimanapun, menolak pertanyaan tajam dari seorang pejabat militer China yang menanyakan apakah yang disebut kesepakatan AUKUS dengan Amerika Serikat dan Inggris untuk memasok teknologi kapal selam adalah aliansi pertahanan baru.
“AUKUS bukan mini-NATO,” kata Marles. “Ini bukan aliansi.”