Penyaluran Melambat, BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Kredit 8%
Berita Baru, Jakarta – Laju pertumbuhan kredit di pengujung tahun 2019 tampak tidak sesuai dengan prediksi di awal tahun. Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan kredit perbankan di 2019 hanya akan tumbuh sebesar 8% secara year on year (yoy). Proyeksi yang sama juga terjadi untuk pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 8%.
Meski begitu, bank sentral menyebut stabilitas sistem keuangan tetap terjaga. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal atawa capital adequacy ratio (CAR) perbankan September 2019 yang tinggi yakni 23,19%, dan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) yang tetap rendah yakni 2,66% (gross) atau 1,18% (net).
Namun, proyeksi satu digit BI di 2019 muncul dari melambatnya kredit di akhir September 2019. Mengacu pada hitung-hitungan BI, pertumbuhan kredit melambat dari 8,59% yoy di Agustus 2019 menjadi 7,89% per September 2019. “Terutama dipengaruhi permintaan kredit korporasi yang belum kuat,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (21/11).
Dikutip dari Kontan.co.id, DPK pada September 2019 tercatat hanya sebesar 7,47% yoy, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Agustus 2019 sebesar 7,62% yoy. Proyeksi pertumbuhan kredit dan DPK oleh bank sentral hanya 8% menurun dari proyeksi RDG sebelumnya yang di kisaran 10%-12% pada 2019 untuk kredit dan 7%-9% untuk DPK.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menurunkan prediksi pertumbuhan kredit dan DPK. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyebut dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (18/11) tahun ini kredit akan tumbuh di level 8%-10%. Menurun dari proyeksi sebelumnya yang berada pada kisaran 9%-11%.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro menyebut, hal tersebut memang sudah sesuai dengan kondisi ekonomi saat ini. Bank Mandiri memprediksi kredit hanya di kisaran 9% dan 8% untuk DPK di tahun ini.
Meski begitu, di tahun 2020 pertumbuhan kredit akan kembali naik sejalan dengan stimulus lewat kebijakan makroprudensial bank sentral. “Tahun depan proyeksi kami kredit 10% dan DPK 8,5%,” kata Andry, Kamis (21/11).
Adapun, sektor yang masih akan menopang kredit di tahun depan masih sama menurutnya yaitu proyek pemerintah, konstruksi dan industri barang konsumsi (fast moving consumer goods). [*]