Penggunaan Batu Bara Meningkat, Ratna Juwita Pertanyakan Keseriusan Pemerintah Penuhi Target Bauran EBT
Berita Baru, Jakarta – Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) kembali menggelar Rapat Kerja (Raker) dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada Senin (22/3) di Senayan Jakarta.
Dalam Raker kali ini, Menteri ESDM Arifin Tasrif memaparkan lima tema utama yaitu proyeksi kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik, DMO dan kebijakan harga batu bara untuk pembangkit listrik, gugatan Uni Eropa terkait Nikel, potensi pengembangan EBT untuk mencapai target bauran energi 23 persen.
Anggota Komisi VII DPR RI Ratna Juwita Sari memberikan reaksi cukup kritis terkait pemaparan Menteri ESDM tersebut. Menurutnya, tren peningkatan konsumsi batu bara oleh pembangkit listrik justru kontra produktif, karena bertolak belakang dengan kebijakan pemenuhan target bauran EBT 23 persen pada 2025.
“Proyeksi penggunaan batu bara untuk listrik tahun 2021-2030 yang garis besarnya ini trennya naik begitu. Ini kalau boleh dibilang sangat anomali dengan komitmen pemerintah yang disampaikan untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan pada tahun 2025 sebanyak 23 persen bahkan pada tahun 2030 sebanyak 31 persen,” kritik Ratna.
Ratna menyebut bahwa tumpuan untuk meningkatkan bauran EBT yang paling diandalkan adalah dari pembangkit listrik. Namun dengan proyeksi penggunan batu bara yang terus meningkat untuk pembangkit listrik, dia menggugat keseriusan komitmen pemerintah.
“Tapi begitu saya melihat paparan bapak ini, saya mulai bertanya, ini pemerintah beneran serius gak untuk mencapai target penggunaan energi baru terbarukan,” gugat Ratna.