Peneliti: 1 dari 5 Orang Positif COVID-19 Memiliki Virus Pernapasan Lainnya
Berita Baru, Internasional – Baru-baru ini, Ian Brown, seorang profesor klinis kedokteran darurat di Stanford School of Medicine di Amerika Serikat (AS) membongkar mitos COVID-19. Ia melakukan penelitian dan mengungkapkan bahwa sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 juga terinfeksi virus pernapasan lainnya.
Penelitian ini menganalisis 562 orang yang baru-baru ini dites COVID-19, juga menemukan bahwa sekitar 1 dari 10 orang yang didiagnosis dengan virus pernapasan umum koinfeksi dengan COVID-19.
Ini bertentangan dengan mitos yang menyatakan bahwa orang tidak mungkin akan tertular virus korona jika mereka sudah memiliki jenis virus pernapasan lain di dalam tubuhnya.
“Saat ini, orang-orang berasumsi bahwa seorang pasien dinyatakan positif virus pernapasan selain COVID-19, berarti mereka diyakini tidak memiliki COVID-19. Namun, mengingat tingkat koinfeksi yang kami amati dalam sampel ini, asumsi itu adalah asumsi yang salah.” Ujar Nigam Shah, MBBS, PhD, profesor kedokteran dan ilmu data biomedis di sekolah kedokteran.
Sementara itu, Ian Brown selaku pemimpin penelitian ini mengatakan bahwa rumah sakit “tidak memiliki akses tak terbatas terhadap pengujian COVID-19.”
“Jika ada diagnosis influenza atau rhinovirus, atau virus pernapasan lainnya, rumah sakit dapat mengeluarkan pasien tanpa melakukan tes COVID. Kemudian dokter langsung mengeluarkan dia karena dia tidak mungkin terinfeksi COVID-19,” imbuhnya.
Pernyataan itu muncul setelah pada pertengahan Maret, ahli virologi Italia Roberto Burioni membongkar mitos cuaca hangat dan COVID-19. Ia mengatakan kepada kantor berita Deutsche Presse-Agentur (dpa) bahwa cuaca yang lebih hangat di musim panas tidak menjadi jaminan akan menahan pandemi virus korona.
“Kami hanya tidak tahu,” ujarn Burioni sambil menggarisbawahi pentingnya mematuhi aturan pembatasan fisik terkait virus korona yang telah menewaskan sedikitnya 33.000 orang di seluruh dunia.
Sebelumnya, para ahli medis juga memperingatkan untuk tidak bergantung pada asumsi bahwa jika seseorang bisa menahan napas selama lebih dari 10 detik, berarti ia aman dari virus korona. Itu adalah asumsi yang keliru.
Sejak kemunculannya pertama kali di Wuhan pada akhir Desember 2019, pandemi virus korona telah menyebar ke 177 negara. Menurut perkiraan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 690.000 kasus dan lebih dari 33.000 kematian yang dikonfirmasi di seluruh dunia akibat virus korona.
Sumber | Sputnik News |