Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pemogokan Iklim Global: Ratusan Ribu Orang di 99 Negara Bergabung dalam Aksi Terkoordinasi
(Foto: The Guardian)

Pemogokan Iklim Global: Ratusan Ribu Orang di 99 Negara Bergabung dalam Aksi Terkoordinasi



Berita Baru, Internasional – Ratusan ribu orang di 99 negara telah mengambil bagian dalam aksi pemogokan iklim global terkoordinasi. Mereka menuntut para pemimpin dunia untuk segera mengatasi krisis ekologi.

Seperti dilansir dari The Guardian, aksi pemogokan berlangsung pada hari Jumat (24/9), beberapa minggu sebelum KTT iklim Cop26 di Glasgow, Inggris. Merupakan aksi iklim dunia pertama sejak pandemi virus corona melanda.

Di Jerman, dua hari sebelum pemilihan umum negara itu, Greta Thunberg, aktivis muda asal Swedia, mengatakan kepada lebih dari 100.000 orang bahwa “tidak ada partai politik” yang kompeten.

Thunberg mengatakan kepada para pendukung calon yang bahwa mereka perlu terus menekan para pemimpin politik Jerman untuk menanggapi problem krisis iklim.

“Ya, kita harus memilih, Anda harus memilih, tetapi ingat bahwa memilih saja tidak akan cukup. Kami harus tetap turun ke jalan,” katanya.

Penyelenggara gerakan pemogokan iklim global tersebut mengatakan bahwa protes digelar di lebih dari 1.800 kota di seluruh dunia dengan acara terbesar di Eropa, Afrika, Amerika Utara dan Selatan.

Di Meksiko pengunjuk rasa berkumpul di depan Istana Nasional Mexico City untuk menuntut perusahaan minyak negara Pemex mengemukakan rencana dekarbonisasi. Semnetara di Bangladesh, para aktivis menuntut penghapusan pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas yang direncanakan.

Di Afrika Selatan, demonstrasi terjadi selama 3 hari di 12 kota, menuntut pemerintah mengawasi transisi yang adil terkait bahan bakar fosil. Di London, para pengunjuk rasa berkumpul di luar parlemen, meminta pemerintah Inggris berbuat lebih banyak untuk memenuhi tujuan iklimnya. Demonstrasi besar juga diharapkan terjadi di Kanada, Brasil, dan Argentina.

Awal tahun ini Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (KTT) mengatakan bahwa emisi karbon dunia harus turun setengahnya pada tahun 2030 untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5C di atas tingkat pra-industri, batas yang disepakati seluruh negara dalam perjanjian Paris 2015.

Tetapi pada 17 September, PBB melaporkan bahwa negara-negara yang berkomitmen dalam perjanjian tersebut justru mengarah pada kenaikan suhu 16% dalam dekade berikutnya.

Sementara dalam beberapa hari terakhir, China mengatakan akan mengakhiri pembiayaannya untuk pembangkit listrik tenaga batu baranya di luar negeri – meskipun tidak di dalam negeri – dan pernyataan AS untuk menggandakan pendanaan iklimnya ke negara-negara yang rentan. Pendanaan itu bermaksud untuk mendorong negara-negara kaya menyalurkan dana sebesar $ 100 miliar (£ 73 miliar) setiap tahun kepada negara-negara miskin sebagai upaya penting untuk mewujudkan keberhasilan Cop26.