Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Peluang dan Dampak Keterbukaan Ekonomi Tiongkok terhadap Indonesia

Peluang dan Dampak Keterbukaan Ekonomi Tiongkok terhadap Indonesia



Berita Baru, Jakarta – Bharata Online dan CGTN Indonesia, bekerja sama dengan Nanyang Bridge Media, menggelar talk show bertajuk “Peluang Global yang Didatangkan dari Pendalaman Reformasi Tiongkok pada Era Baru” pada hari Selasa (23/7/2024) di Jakarta. Acara ini disiarkan secara langsung di channel YouTube Bharata Online dan menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka dari Tiongkok dan Indonesia.

Talk Show ini menghadirkan Presiden China Media Group (CMG), Shen Haixiong, Profesor Xu Liping, selaku Peneliti Institut Asia Pasifik dan Strategi Global Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, Humprey Arnaldo Russel, Ketua ASEAN – China Research Center, CSGS Universitas Indonesia, Veronika Sintha Saraswati, Head of International Relation Programe Institute for Indonesia and China Partnership Studies, Christine Susanna Tjhin, Direktur Kajian Strategis Gentala Institute, dan Sukron Makmun, Wakil Sekretaris Jenderal PERHATI (Perkumpulan Persahabatan Alumni Tiongkok Indonesia).

Dalam Talk Show tersebut dijelaskan bahwa ketika empat dekade lalu, Tiongkok memulai perjalanan besar reformasi dan keterbukaan yang telah membawa perubahan signifikan bagi negara tersebut dan dunia. Selama 40 tahun terakhir, Tiongkok tidak hanya mengalami pembangunan yang cepat dan sehat, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap perdamaian dan pembangunan global. Tiongkok kini menjadi penstabil dan penggerak utama ekonomi dunia, menyumbang lebih dari 30% terhadap pertumbuhan global dan menjadi mitra dagang terbesar bagi lebih dari 120 negara.

Dalam sambutannya, Shen Haixiong, Presiden CMG, menekankan bahwa sidang pleno ke-3 Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT) ke-20 baru-baru ini merupakan tonggak sejarah penting dalam era baru reformasi Tiongkok. Shen menyatakan bahwa modernisasi ala Tiongkok dan pendalaman reformasi akan membuka prospek luas bagi masa depan, dengan fokus pada inovasi, pembangunan sistem, dan pemerintahan berbasis hukum.

Profesor Xu Liping dari Akademi Ilmu Sosial Tiongkok menambahkan bahwa sidang pleno PKT menunjukkan tekad Tiongkok untuk mendorong reformasi dan keterbukaan lebih lanjut, serta memberikan peluang pembangunan bagi dunia. Hasil terpenting dari sidang pleno tersebut adalah “Keputusan Komite Sentral PKT mengenai pendalaman reformasi komprehensif dan mendorong modernisasi ala Tiongkok.”

Veronika Sintha Saraswati, Head of International Relation Program Institute for Indonesia and China Partnership Studies, menjelaskan bahwa Tiongkok telah mengedepankan pendidikan dan inovasi sebagai pilar pembangunan. Tiongkok memiliki anggaran besar untuk riset dan pengembangan, yang berkontribusi pada kemajuan teknologi dan inovasi. Sukron Makmun, Wakil Sekretaris Jenderal PERHATI, menambahkan bahwa dana riset di Tiongkok sangat besar, termasuk dalam bidang energi alternatif seperti hidrogen.

Veronica juga menyoroti bahwa Tiongkok membangun hubungan internasional secara damai, dengan fokus pada perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Hal ini menjadi catatan penting dalam relasi Tiongkok dengan negara-negara mitra. “Saya kira ini yang menjadi catatan paling penting untuk menjalin hubungan dengan negara mitranya secara damai. Perdamaian, Security dan Pembangunan itu adalah 3 kata kunci yang secara konsisten dikerjakan oleh Tiongkok,” pungkas Veronica.

Lebih lanjut, Sukron Makmun mencatat bahwa Tiongkok dapat menjadi role model dunia dalam hal inovasi dan teknologi. Perkembangan Tiongkok dalam bidang ini menunjukkan kemajuan yang signifikan dibandingkan dengan negara lain, termasuk dalam pengembangan energi terbarukan.

Christine Susanna Tjhin dari Gentala Institute menjelaskan bagaimana reformasi dan pintu terbuka Tiongkok sejak tahun 1980-an telah membawa negara tersebut dari ekonomi berbasis agrikultur menjadi industri, dan kemudian menjadi “pabrik dunia.” Modernisasi ini memberikan dampak signifikan bagi Indonesia, yang mulai memasuki era ekonomi konsumsi pada tahun 1990-an.

Selain itu, Humprey Arnaldo Russel dari ASEAN-China Research Center dalam penjelasannya mengulas bagaimana reformasi Tiongkok yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping telah mengalami peningkatan signifikan dalam pengaruh Tiongkok di berbagai aspek. Xi Jinping berkomitmen untuk melanjutkan reformasi yang telah dimulai sebelumnya, termasuk dalam menangani korupsi dan isu lingkungan.

Talk show ini menyoroti bagaimana pendalaman reformasi Tiongkok membuka peluang global yang luas. Dari inovasi teknologi hingga hubungan internasional, Tiongkok menunjukkan kemajuan pesat yang berdampak pada pembangunan global dan hubungan internasional.