Pelangi Rindu, Di Kotamu yang Sepi
Pelangi Rindu
Pada celah pohon-pohon di bumi
Angin yang gigil menyentuh wajah ovalmu
Meruapkan aku ke rongga langit
Seperti doa seorang ibu
Kekasihku, Aku lelah memainkan note rindu, suara parau terdengar lebih nyaring ketimbang petikan kecapi kematian. Seperti maskumambang: sukma berteriak melepas wadak - Rinduku Sekarat.
Sungguh, tubuhku payah menyusuri jalan hatimu. Dasar yang ku tuju semakin curam. Batu cadas menyayat mata rindu. Mengantarku pada kealfaan paruh waktu; tanpamu.
Madura 2019
Di Kotamu yang Sepi
Di Kotamu yang sepi, aku memandang langit serupa wabah menakutkan. Dinding yang berlumut, jalan menguap, rintihan anak sendu merengek.
Pada kanal yang terbentang atau meliuk di tengah kota, waktu selalu arif. Dan tak ingin kubayangkan saat aku di sini: bangunan kastil bertembok tebal; jurang harakiri.
Tak ada lagi kenangan, matahari hilang, kota ini jadi kelam. Aku jadi peminta, berlari dan berlari sepanjang jalan.
Berteduh di rumah harapan, sebab tempat paling aman mengintaimu ialah lewat kusen jendela; Aku bisa menikmati wajah lenturmu tanpa mengecat berulang-ulang.
Madura 2019
Puisi karya Yusron Hidayatullah lahir di Banyuwangi, Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa. Pegiat di Komunitas Penyair Kopi Rawa Bangkalan.