Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Menteri Luar Negeri Rusia
(Foto: Sputnik / Vitaly Belousov)

Menteri Luar Negeri Rusia: Jangan Mempolitisasi Bantuan COVID-19



Berita Baru, Internasional – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov telah memperingatkan negara-negara lain dalam konferensi pers daring agar tidak mempolitisasi pandemi virus korona dan tindakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menteri Lavrov juga telah menambahkan data operasi WHO yang menunjukkan bahwa WHO telah bertindak secara efisien dalam memerangi pandemi virus korona yang mengoordinasikan respons global terhadap ancaman baru.

“Saya akan memperingatkan agar tidak mempolitisasi masalah pandemi virus korona. Ini merupakan sesuatu yang dapat dilihat tidak hanya berkaitan dengan WHO, tetapi juga berkaitan dengan tuduhan terhadap negara-negara tertentu. Sekarang, saya akan menyarankan agar fokus pada langkah-langkah tertentu untuk menghentikan pandemi, penyebarannya, dan meminimalkan kerusakan yang diakibatkannya, pertama-tama dan terutama bagi kesehatan dan kehidupan orang-orang,” ujar Lavrov.

Lebih lanjut Lavrov menyatakan bahwa banyak badan internasional harus mengevaluasi kembali kegiatan mereka setelah pandemi virus korona berakhir, termasuk G20, BRICS, Persemakmuran Negara-Negara Merdeka, dan Uni Ekonomi Eurasia.

Secara terpisah, menteri Lavrov juga mencatat bahwa pemerintah Rusia akan meninjau permintaan terbaru dari Amerika Serikat (AS) terkait bantuan peralatan medis dan peralatan pelindung lebih banyak untuk memerangi pandemi COVID-19. Lavrov menekankan bahwa topik ini sudah dibahas melalui panggilan telepon antara presiden Rusia dan presiden AS.

Sebelumnya, Rusia sudah mengirim pesawat yang berisi bantuan peralatan medis dan ADP ke AS untuk membantu mereka memerangi pandemi virus korona. Bantuan itu datang ketika para pejabat AS dan media arus utama, bersama dengan beberapa sekutu Barat, menuduh Rusia dan Cina menyebarkan “berita palsu” tentang pandemi virus korona. “Berita Palsu” yang diungkapkan tersebut ditolak keras oleh Moskow dan Beijing.

Menteri Luar Negeri Rusia: Jangan Mempolitisasi Bantuan COVID-19
Petugas keamanan yang memakai masker terlihat di dekat bangsal tertutup di dalam Rumah Sakit Leishenshan, rumah sakit darurat untuk merawat pasien positif virus korona (COVID-19), di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok 11 April 2020.

Selain ‘menuduh’ Cina dan Rusia, Presiden AS Donald Trump juga menuduh WHO yang telah mengaburkan jumlah sebenarnya dari infeksi dan kematian akibat virus korona di Cina, sementara untuk negara-negara selain Cina, WHO mengungkap jumlah infeksi dari pandemi virus korona sepenuhnya.

Bahkan Presiden Trump menyebut WHO sebagai badan kesehatan global “berorientasi Cina” dan AS tidak lagi membayar kewajiban mereka ke WHO. WHO sendiri membantah tuduhan Presiden Trump tersebut, bahwa WHO tidak salah melaporkan jumlah statistik infeksi COVID-19 dari Cina. WHO juga mengatakan bahwa mereka menyesali keputusan AS untuk menghentikan pendanaannya.

Pembicaraan Strategis dengan AS

Menteri Sergei Lavrov juga membagikan informasi bahwa Moskow dan Washington berencana untuk melanjutkan pembicaraan mengenai stabilitas strategis. Ia juga mencatat bahwa AS mulai menunjukkan minat terhadap mereka.

“[Menteri Luar Negeri AS] Mike Pompeo menelepon saya beberapa minggu yang lalu. Saya ingin membahas masalah ini dengannya melalui pembicaraan telepon dalam beberapa hari mendatang. Ia menyingguh masalah kontrol senjata dan stabilitas strategis secara umum. Kami menyambut baik minat Amerika dalam topik ini karena kami telah lama mendesak mereka untuk menangani masalah ini secara lebih aktif,” ujarLavrov.

Tapi bagaimanapun, Menteri Lavrov mencatat bahwa beberapa masalah mengenai stabilitas strategis global harus didiskusikan dengan AS setelah pandemi virus korona berakhir.

Menteri Lavrov secara terpisah menambahkan bahwa salah satu masalah yang siap dibahas Rusia dengan AS adalah pengembangan senjata hipersonik. Moskow baru-baru ini menambahkan beberapa senjata seperti itu ke gudang senjatanya, sementara AS secara aktif bekerja sendiri, serta pada pertahanan terhadap persenjataan tersebut.


SumberSputnik News